Safari TOSS JTE, Cara GCB Edukasi Masyarakat Mengolah Sampah

Penggas TOSS sekaligus Komisaris Utama Comestoarra Supriadi Legino mengatakan, perubahan paradigma pemilahan sampah tersebut dilakukan di mana seluruh sampah dimasukkan ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg – 1 ton sampah.
Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu.
“Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya,” terang Supriadi.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang menambahkan, pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang secara langsung juga mendorong terbangunnya ekonomi sirkular.
Kepedulian berbagai pihak dalam mendukung pengembangan dan penerapan TOSS dengan Metode Peyemisasinya ini sejalan dengan semangat Extended Shareholder Responsibility (ESR).
“Sehingga diharapkan akan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dalam upaya mengurangi sampah yang belakangan ini kian menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat secara luas,” pungkas Franciscus. (jlo/jpnn)
GCB mengedukasi masyarakat dalam mengolah sampah dengan menggelar Safari TOSS JTE.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Wali Kota Jogja Minta Warga yang Buang Sampah Sembarangan Ditindak Tegas
- Tempat Pembuangan Akhir Kota Pekalongan Ditutup 6 Bulan, Ini Penyebabnya
- Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Dorong Revisi Undang-Undang Pengelolaan Sampah
- Sampah dari Jogja Sering Dibuang ke Klaten, DLH Jateng Langsung Perketat Patroli
- Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Ajak Kampus Berkolaborasi Mengatasi Darurat Sampah
- Rumah Mesin Salurkan Puluhan Pengolah Sampah ke 15 Kota dan Kabupaten Sepanjang 2024