Sagging Baru
Oleh: Dahlan Iskan
Saya tetap pilih yang di New York. Saya sudah merasakan dua-duanya. Bahkan tiga: Disneyland Los Angeles.
Memang ''bola cahaya'' yang di New York itu itu-itu saja. Sejak tahun 1907 baru ganti tiga kali. Jenis yang sekarang adalah bola keempat –dipakai sejak tahun 2000, sebagai penanda pergantian milenium.
Mungkin karena saya tidak muda lagi. Atau karena saya wartawan purnabakti –terbiasa hanya meliput acara, bukan menikmatinya. Atau juga karena saya ditemani orang yang lebih tua –sesama wartawan purnabakti pula: John Mohn.
Tuh, John juga tidak terlihat menikmati acara malam tahun baru. Ia sibuk memotret –termasuk menyasar cewek-cewek tanpa busana yang mondar-mandir di situ. Ups, ternyata mereka berbusana: badan mereka dilumuri pewarna. Warna kulit ternyata lebih merangsang nafsu daripada warna cat.
John justru melakukan penelitian di tengah ingar-bingar. "Mereka, semua, berbicara satu dengan lainnya. Saya mencoba mencuri dengar. Saya tidak tahu bahasa apa yang mereka gunakan," ujar John.
Sebagai orang Amerika-pedalaman John baru sekali itu bermalam Tahun Baru di New York. Jumlah kunjungannya ke New York jauh kalah dari saya. Mereka bukan jenis orang yang mudah terkagum-kagum. Kalau memang tidak ada perlunya untuk apa ke mana.
Kesimpulan John: yang hadir malam itu adalah orang-orang dari berbagai bangsa –dengan bangga pakai bahasa ibu mereka sendiri.
Ide bola jatuh itu sendiri tidak orisinal. Hanya meniru yang terjadi di London –jauh mundur ke tahun yang lebih kuno. Di dekat sungai Thames itu. Yang awalnya untuk memberi tahu para pemilik kapal: agar mereka men-setting pikiran bahwa tahun sudah berganti.