Saham BTN Masih Prospektif untuk Dikoleksi
Penurunan saham perbankan setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasarnya yakni karena tahun lalu harga saham bank BUMN sudah naik tinggi seperti BTN. Kemudian adanya kondisi ekonomi seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang bisa menimbulkan resesi.
“Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenaikan suku bunga,” ungkapnya.
Secara fundamental saham perbankan masih bagus seperti terlihat pada laporan keuangan kuartal I-2018 dan secara valuasi masih sangat menarik untuk dikoleksi jangka panjang.
Namun karena pelemahan rupiah, investor asing banyak keluar dan menjual saham-saham blue chip yang sebagian besar adalah saham bank BUMN.
“Investor yang punya dana berlebih bisa masuk secara bertahap,” tegasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penurunan harga saham perseroan lebih disebabkan adanya faktor global, di mana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.
“Semua ini dalam normalisasi dan ini tidak bisa dihindari di semua negara,” tuturnya.
Menurut Maryono, meski dibayangi kondisi global yang bergejolak dan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), namun perseroan tetap optimistis target kinerja tahun ini bisa tercapai.
Untuk tahun ini Sinarmas Sekuritas memprediksi laba bersih BTN akan mencapai Rp 3,3 triliun yang didorong oleh pendapatan bunga bersih senilai Rp 10,26 triliun.
- BTN Gelar Ajang Kompetisi Housingpreneur, Total Hadiah Rp 1 Miliar
- Strategi Telkom Memperbaiki Harga Saham TLKM
- Sempat Turun, Saham Telkom Diprediksi Memiliki Prospek Bagus
- MR. DIY Bakal Melantai di Bursa, Tawarkan Saham Mulai Rp 1.650
- Gegara Ini Para Analis Rekomendasikan Aksi Buy Saham BBNI
- Saham TLKM Anjlok, Telkom Butuh Penyegaran & Strategi Baru