Saham Properti Tetap Menarik
jpnn.com - JAKARTA - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang stagnan di level 6,5 persen tak mampu meÂnahan aksi jual investor, khususnya pemodal lokal. Performa bursa AS juga cukup memengaruhi perÂgerakan bursa tanah air. Belum lagi, adanya pelemahan rupiah ke posisi 10.318, atau terendah dalam empat tahun terakhir, menambah sentimen negatif.
Tak pelak, indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali terkoreksi setelah rally kenaikan beberapa hari terakhir. Pada perdagangan kemarin (15/8), IHSG melemah tipis 14,60 poin (0,31 persen) ke level 4.685,13. Diikuti penurunan jajaran 45 saham terlikuid (LQ45) sebanyak 4,96 poin (0,63 persen) ke posisi 781,33.
"Penurunan indeks Dow Jones serta adanya pelemahan rupiah mengakibatkan aksi jual. Kondisi itu membuat IHSG gagal menjebol resistance 4.735," terang Senior Research HD Capital Yuganur Wijanarko.
Aksi jual pada perdagangan kemarin paling banyak justru melingkupi investor lokal dengan jual bersih (net sell) Rp 235 miliar. Sebaliknya, investor asing mencatat beli bersih (net buy) sebesar Rp 2,74 triliun.
Equity Analyst PT Sinarmas Sekuritas Christandi Rheza Mihardja mengatakan bahwa IHSG masih cenderung bergerak mixed. "Secara teknikal, gerak IHSG akan berada di kisaran support 4.620 dan resistance 4.740," paparnya.
Menurut Christandi, kebijakan BI rate yang tetap berada di level 6,5 persen dan Fasbi rate di level 4,75 persen bakal membuka sentimen positif pada gerak IHSG. Saham-saham yang diuntungkan dari kebijakan ini antara lain berasal dari sektor properti. (gal/c9/sof)
JAKARTA - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang stagnan di level 6,5 persen tak mampu meÂnahan aksi jual investor, khususnya pemodal
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi