Said Didu: Di Negara Komunis BBM Tak Disubsidi
Kamis, 13 Juni 2013 – 16:14 WIB
"Kini ketika akan dikurangi menyalahkan pemerintah. Kenapa masalah begini DPR menyalahkan, ini kan menyelamatkan rupiah demi rupiah kok malah dia yang marah," tandas Said.
Baca Juga:
Dia menegaskan, kondisi makro ekonomi sudah sangat mengkhawatirkan akibat subsidi BBM terlalu besar. "Siapa yang bertanggung jawab ekonomi sekarang begini. Ini sangat mengkhawatirkan, rupiah melemah, kemudian ekspor kita juga pasti kena, devisa turun," tegasnya.
Subsidi BBM selama ini sebenarnya dinikmati segelintir kalangan; pertama orang mampu, kedua penyelundup, ketiga kilang di luar negeri terutama di Singapura, keempat trader, dan kelima bemper kebijakan di Senayan.
"Dengan konsumsi harian BBM 1,4 juta barel per hari, kira-kira 800 ribu barel kita impor. Dengan harga minyak kisaran US$120 per barrel, maka ada sekitar US$ 100 juta nilai impor atau setara Rp1 triliun tiap hari," tegasnya.
JAKARTA - Pengamat kebijakan BUMN Said Didu menilai, kondisi makro ekonomi yang memburuk belakangan ini disebabkan karena subsidi yang terlalu besar
BERITA TERKAIT
- PPN 12% di Depan Mata, Investor Wajib Susun Strategi yang Lebih Adaptif
- Hamdalah, Mentan Amran Sulaiman Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Natal dan Tahun Baru
- Bea Cukai Beri Izin Fasilitas Kawasan Berikat untuk PT Super Optics Jakarta Indonesia
- AQUA Alirkan Kebaikan Berangkatkan Umrah Marbut di 6 Provinsi
- Luncurkan Green Movement UCO, Pertamina Patra Niaga Ubah Minyak Jelantah Jadi Biofuel
- ARES 2024 Menjadi Pembuka PropertyGuru Week