Saif al Islam, Penerus Kegarangan Muammar Kadhafi
Telanjur Dianggap Demokratis, Malah Warisi Sifat Diktator
Minggu, 27 Februari 2011 – 12:42 WIB

Saif al-Islam. Foto : REUTERS
Satu hal yang disesalkan Lord Desai adalah muridnya itu gagal mempelajari demokrasi. "Saya baca tesisnya. Saya perhatikan dia bersama para penguji yang lain. Dia mempertahankan tesisnya dengan begitu ngotot. Tidak ada orang lain yang hadir di sana. Jadi, tidak alasan untuk berpikir bahwa dia tidak mengerjakan sendiri tesisnya," tegasnya.
"Ini sudah keterlaluan. Orang ini sudah cukup jahat. Tak perlu lagi Anda menambahkan status plagiat kepada dia," katanya.
Saif disebut-sebut sosok yang dipersiapkan untuk menggantikan posisi Kadhafi. Karena itu, dia mendapat prioritas di bidang pendidikan layak.
Sejumlah diplomat juga memperhatikan adanya persaingan yang intensif di antara putra Kadhafi. Sebab, sang ayah tak juga memberikan isyarat siapa yang akan ditunjuk sebagai penggantinya.
Tekanan bertubi-tubi yang datang kepada Muammar Kadhafi tak membuat semangatnya surut. Putranya, Saif al-Islam, menjadi sosok populer setelah menjadi
BERITA TERKAIT
- Rayakan Paskah, Presiden Kolombia Bicara soal Penderitaan Yesus & Rakyat Palestina
- Presiden Iran Masoud Pezeshkian Sebut Israel Pelaku Utama Terorisme Global
- Kereta Gantung Terjatuh di Italia Selatan, 4 Tewas
- Ajak Israel Berunding, Hamas Siap Akhiri Perang di Gaza
- Hamas Tolak Gencatan Senjata, Kini Israel Kuasai 30 Persen Jalur Gaza
- 1.400 Tenaga Medis Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza