Saif al Islam, Penerus Kegarangan Muammar Kadhafi

Telanjur Dianggap Demokratis, Malah Warisi Sifat Diktator

Saif al Islam, Penerus Kegarangan Muammar Kadhafi
Saif al-Islam. Foto : REUTERS

Satu hal yang disesalkan Lord Desai adalah muridnya itu gagal mempelajari demokrasi. "Saya baca tesisnya. Saya perhatikan dia bersama para penguji yang lain. Dia mempertahankan tesisnya dengan begitu ngotot. Tidak ada orang lain yang hadir di sana. Jadi, tidak alasan untuk berpikir bahwa dia tidak mengerjakan sendiri tesisnya," tegasnya.

 

"Ini sudah keterlaluan. Orang ini sudah cukup jahat. Tak perlu lagi Anda menambahkan status plagiat kepada dia," katanya.

 

Saif disebut-sebut sosok yang dipersiapkan untuk menggantikan posisi Kadhafi. Karena itu, dia mendapat prioritas di bidang pendidikan layak.

 

Sejumlah diplomat juga memperhatikan adanya persaingan yang intensif di antara putra Kadhafi. Sebab, sang ayah tak juga memberikan isyarat siapa yang akan ditunjuk sebagai penggantinya.

Tekanan bertubi-tubi yang datang kepada Muammar Kadhafi tak membuat semangatnya surut. Putranya, Saif al-Islam, menjadi sosok populer setelah menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News