Saksi Bisu Pertempuran Terakhir Shogun dan Kaisar Meiji
Bila berkesempatan datang ke Hokkaido, Jepang, ada sejumlah lokasi wisata yang sayang kalau terlewatkan untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Benteng "Segi Lima" Goryokaku di Hakodate. Wartawan Jawa Pos PRIYO HANDOKO baru dari sana.
Hawa dingin di Jepang saat ini cukup menusuk tulang. Daun-daun pepohonan menguning, sebagian berguguran. Kondisi itu juga menimpa 1.600 pohon sakura yang tumbuh mengelilingi Benteng Goryokaku di Hakodate, ibu kota Subprefektur (Kabupaten) Oshima, Prefektur Hokkaido.
Benteng itu saksi sejarah paling penting di balik berakhirnya kekuasaan shogun pada pengujung abad ke-18. "Saat musim semi Anda baru bisa melihat betapa indahnya bunga sakura yang bermekaran," kata Y. Furukawa, staf Goryokaku Tower (Menara Goryokaku), Kamis silam (21/11). Goryokaku Tower berada tak jauh dari Benteng Goryokaku.
Sekitar April Benteng Goryokaku didatangi banyak orang yang ingin melakukan tradisi hanami atau melihat bunga. Terutama bunga sakura yang sedang mekar sempurna.
Benteng Goryokaku yang memiliki luas 25 hektare mulai dibangun pada 1857 dan tuntas tujuh tahun kemudian. Jadi, proses pembangunannya dimulai saat era Shogun Tokugawa Iesada (1853"1858) dan rampung pada era Shogun Tokugawa Iemochi (1858-1866). Itulah benteng bergaya Barat pertama yang dibangun Keshogunan Tokugawa atau Edo.
Untuk diketahui, selama 264 tahun (1603-1867) pemerintahan Jepang sehari-hari dijalankan keshogunan yang dipimpin klan Tokugawa. Keshogunan sebenarnya setara dengan pemimpin besar angkatan bersenjata. Namun, sejak era Shogun Tokugawa, kekuasaanya menjadi sangat besar. Sementara itu, kaisar lebih menjalankan fungsi pengambilan kebijakan secara umum dan simbol negara. Masa berkuasa keluarga Shogun Tokugawa juga disebut sebagai era Edo karena pusat pemerintahannya berada di Edo (Tokyo).
Benteng Goryokaku yang bentuknya persis seperti bintang segi lima sengaja dibuat untuk melindungi Selat Tsugaru"dari invasi musuh. Ada rangkaian parit berisi air yang mengelilinginya. Goryokaku secara harfiah juga berarti benteng bintang lima. Nah, bentuk benteng yang unik itu akan terlihat jelas dari Menara Goryokaku.
"Anda juga bisa melihat model Benteng Goryokaku yang berskala 1 banding 250 di ruang observasi dua," ujar Furukawa.
Di ruang observasi dua juga terdapat 16 diorama berukuran mungil yang menggambarkan era terbukanya kembali Jepang terhadap asing sampai meletusnya perang di Hakodate.
Menara Goryokaku berdiri sejak 1965. Setelah menjalani renovasi total pada 2006, kondisi menara setinggi 107 meter itu semakin cantik dengan beragam fasilitas di lantai dasar seperti toko suvenir, kafe, atrium, dan taman bunga.
Tersedia dua lift berkapasitas masing-masing 30 orang yang bisa mengantarkan pengunjung ke lantai observasi pertama di ketinggian 86 meter yang memiliki luas 314 meter persegi. Kemudian, ke lantai observasi kedua di ketinggian 90 meter yang luasnya mencapai 464 meter persegi.
Untuk naik ke ruang observasi, pengunjung dewasa ditarik 840 yen (sekitar Rp 97.440, 1 yen = Rp 116). Harga karcis yang lebih murah diberikan kepada siswa SMP dan SMA, yakni 630 yen (Rp 73.000), dan 420 yen (Rp 48.000) untuk siswa SD.
"Benteng Goryokaku merupakan situs yang sangat bernilai penting bagi bangsa Jepang," jelas Furukawa.
Benteng itu menjadi simbol berakhirnya Perang Boshin atau Perang Naga, tragedi perang saudara yang terjadi pada 1868"1869. Disebut Perang Naga karena terjadi di tahun Naga.
Rangkaian konflik itu bermula dari keluarnya keputusan shogun untuk mengakhiri kebijakan sakoku atau menutup diri dari dunia luar yang berjalan sejak 1635. Salah satunya dengan terciptanya kesepakatan antara Jepang dan Amerika Serikat pada 1854 (saat era Shogun Tokugawa Iemochi) untuk memfungsikan pelabuhan Hakodate sebagai pelabuhan internasional. Karena itu, tidak heran bila sampai sekarang sentuhan gaya bangunan Barat masih terlihat di Hakodate.
"Hakodate menjadi tempat yang terkenal untuk foto-foto pre wedding. Banyak calon pengantin dan fotografer yang datang ke sini," kata Khristian Agus Arianto, guide yang mendampingi rombongan jurnalis asal Indonesia dalam kunjungan ke Benteng dan Menara Goryakaku itu. Kunjungan bersama Honda Prospect Motor (HPM) tersebut dilakukan sehari setelah rombongan menyaksikan pesta otomotif akbar Tokyo Motor Show 2013. Untuk menuju Pulau Hokkaido, dibutuhkan waktu 1 jam 20 menit dari Bandara Haneda, Tokyo, ke Bandara Hakodate.
Dalam perjalanannya, sebagian bangsawan dan samurai memandang pemerintahan shogun menjadi semakin lunak terhadap kehendak asing. Tidak puas, mereka lantas menuntut shogun yang saat itu baru berkuasa, Tokugawa Yoshinobu, untuk mengembalikan kekuasaan politik sepenuhnya ke tangan Kaisar Meiji.
Belakangan, aliansi samurai dari bagian selatan yang disokong sejumlah pejabat istana berhasil memengaruhi Kaisar Meiji yang saat itu masih belia untuk menentang pemerintahan shogun.
"Mereka ini kubu yang ingin mempertahankan harga diri dan tidak mau takluk pada asing," ungkap Khristian yang sudah sepuluh tahun tinggal di Negeri Matahari Terbit itu.
Menurut sejarah, Tokugawa Yoshinobu yang sadar posisinya lemah langsung menyerahkan kekuasaan politik ke tangan kaisar pada 9 November 1867. Dia berharap kelangsungan klan Tokugawa masih bisa dilanjutkan.
"Itulah strategi dalam politik," ujar Kristian, lantas tertawa.
Namun, sebagian pasukan yang loyal kepada shogun ternyata terus melakukan perlawanan. Dengan sisa-sisa kekuatan, pasukan shogun yang dipimpin Laksamana Takeaki Enomoto bergerak mundur ke Pulau Honshu, lalu menyeberang ke Pulau Hokkaido. Belakangan, pimpinan Shinsengumi (kepolisian), yaitu Toshizo"Hijikata, ikut bergabung. Puncaknya, pada Oktober 1868 Hijikata dan pasukannya berhasil menduduki Benteng Goryokaku. Di situlah, tepatnya pada Desember 1868, mereka mendirikan Republik Ezo dengan Takeaki Enomoto sebagai presiden.
Setelah berhasil menciptakan stabilitas di Jepang daratan, pemerintahan Meiji mulai bergerak dengan mengirimkan 7.000 pasukan ke Hokkaido. Mereka kemudian mengepung Benteng Goryokaku yang juga menjadi kantor pemerintahan Republik Ezo. Pertempuran pun terjadi selama sepekan, mulai 20 Juni hingga 27 Juni 1869.
"Benteng Goryokaku inilah pertahanan terakhir sisa-sisa kekuatan shogun," ujar Khristian.
Saat perang dimulai pada 20 Juni, Hijikata yang baru berusia 34 tahun tewas tertembak. Seminggu kemudian angkatan bersenjata Republik Ezo menyerah.
Faksi kekaisaran yang menang ternyata tidak semena-mena terhadap para eks pemberontak. Takeaki Enomoto, misalnya. Dia memang sempat dipenjara sampai 1872. Namun, setelah itu, Enomoto kembali menduduki beberapa jabatan pemerintahan. Mulai Badan Pertanahan Hokkaido sampai menjadi duta besar Jepang untuk Rusia.
Toshizo-Hijikata juga diperlakukan dengan terhormat. Patung dia yang terbuat dari perunggu kini menghiasi Benteng Goryokaku. Di ruang observasi dua Menara Goryokaku juga terdapat patung Hijikata dalam posisi duduk. Di atrium di lantai dasar Menara Goryokaku terdapat patung Takeaki Enomoto dan Ayasaburo Takeda. Nama terakhir itu adalah ahli strategi militer Barat yang menjadi penanggung jawab pembangunan Benteng Goryokaku.
"Meskipun Hijikata dan Enomoto pernah melawan, pemerintahan Meiji tetap menghormati nilai-nilai yang diperjuangkannya," kata Khristian.
Nilai-nilai tersebut tidak lain adalah keterbukaan terhadap asing dan pentingnya mempelajari kemajuan teknologi pihak Barat. Karena itu, pemerintahan Meiji tidak pernah mengusir orang asing dari Jepang.
Mereka juga tetap mengadopsi kebijakan modernisasi Jepang sambil melakukan negosiasi ulang terhadap berbagai perjanjian yang tidak adil dengan pihak Barat. Itulah pilar utama dari Restorasi Meiji yang terus berlangsung sampai 1912.
Peristiwa yang terjadi di sekitar proses Restorasi Meiji itu telah menginspirasi tokoh anime Kenshin, sang Batosai, karya Nobuhiro Watsuki yang juga sangat populer di Indonesia. Begitu juga dengan film The Last Samurai. (*/c10/ari)
Bila berkesempatan datang ke Hokkaido, Jepang, ada sejumlah lokasi wisata yang sayang kalau terlewatkan untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Benteng
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408