Salam Baru
Oleh: Dahlan Iskan
NU pun seperti merasa ''kecurian''. Apalagi NU saat itu lebih dekat ke PPP dengan lambang Ka'bahnya.
Kiai Ahmad Abdul Hamid pun merasa masygul: kalimat tambahan itu tidak lagi khas NU.
Maka beliau menciptakan kalimat tambahan baru. Untuk menggantikan billahi taufik wal hidayah yang sudah milik Golkar atau Muhammadiyah.
Dan kalimat baru itu memang lebih sulit diucapkan bagi lidah yang tidak akrab dengan bahasa Arab.
Cobalah Anda mengucapkannya: wallahul muwafiq ila aqwamit tharieq. Sulit kan?
Namun, bagi orang pesantren sama sekali tidak sulit. Maka jadilah kalimat tambahan itu ciri khas NU yang baru.
Siapa yang menutup salam dengan tambahan kalimat itu pastilah ia NU. Yang tidak mengucapkannya berarti Muhammadiyah atau yang lain.
Akan tetapi sejarah rupanya bisa terulang. Kini kalimat sulit itu mulai dihafal siapa saja.