Salat Diskon

Oleh: Dahlan Iskan

Salat Diskon
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Bagi jemaah umrah dari luar negeri, diskon itu menarik. Terutama bagi mereka yang tiba di Makkah malam hari. Jamaah yang baru tiba bisa segera masuk hotel.

Dulu, bus mengangkut jemaah harus tertahan di jalan. Sampai jam 12 malam. Bus baru boleh masuk setelah salat tarawih selesai. Jalan-jalan sekitar Masjid padat. Sesak. Macet.

Mengapa bukan dipersingkat menjadi 8 rakaat plus tiga? Seperti banyak dilakukan di Indonesia?

Juga tidak bisa didapat penjelasan. Dan lagi untuk apa juga disoal. Ini kan salat sunah. Bukan wajib. Bagi yang mau lebih singkat bisa mengurangi sendiri. Yang mau lebih lama bisa menambah sendiri.

Perubahan lain: jangan harap bisa salat di dalam masjid Haram kalau tidak berpakaian ihram. Tujuannya tentu baik: memprioritaskan orang yang datang untuk umrah.

Yang sudah selesai umrah bisa salat di halaman. Atau di mana saja.

Dulu, setelah selesai umrah kita bisa salat di dalam masjid. Tidak perlu lagi pakai ihram. Bahkan tawaf pun boleh tanpa ihram.

Kini tanpa pakaian ihram jangan harap bisa masuk masjid.

Bajuri tidak tahu mengapa salat tarawih didiskon 50 persen. Di Saudi sulit mendapat penjelasan seperti itu. Kalau majelis ulama sudah memutuskan, jadilah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News