Salut! Inggris Stop Bantuan untuk Militer Myanmar
jpnn.com, COX’S BAZAR - Pemerintah Inggris bertindak tegas menghadapi sikap pemerintah Myanmar yang seakan membiarkan kekerasan terjadi di Negara Bagian Rakhine.
PM Inggris Theresa May mengungkapkan, negaranya tak mau lagi membantu militer di negara yang dipimpin Presiden Htin Kyaw tersebut sebelum ada kejelasan mengenai kasus Rohingya.
”Aung San Suu Kyi dan pemerintah Myanmar harus menghentikan operasi militer (di Rakhine, Red),” ujar May saat menghadiri rapat umum PBB di New York, AS, Selasa (19/9).
May menegaskan sudah berdiskusi dengan negara-negara sekutunya tentang hal tersebut. Termasuk dengan PM Kanada Justin Trudeau.
Sejak tahun lalu Inggris memberikan bantuan kepada militer Myanmar. Bukan dalam bentuk uang tunai, melainkan pelatihan bahasa Inggris, demokrasi, dan kepemimpinan.
Program itu dilaksanakan sejak militer legawa menyerahkan kekuasaan kepada warga sipil. Tepatnya Htin Kyaw yang terpilih dalam Pemilu 2015. Tahun lalu pelatihan tersebut menghabiskan dana 305 ribu pound sterling (sekitar Rp 5,5 miliar).
Keputusan May itu diambil karena dia dan kepala negara lainnya merasa kecewa setelah mendengar pidato Aung San Suu Kyi.
Penerima Nobel Perdamaian 1991 sekaligus penasihat negara Myanmar tersebut tak mengakui adanya represi militer terhadap warga Rohingya di Rakhine.
Saat negara lain baru sebatas mengecam, Inggris sudah mengambil langkah nyata
- Kemenlu Sudah Berupaya Memulangkan Empat WNI Disekap, Tetapi Masih Buntu
- Timnas Indonesia Menang Tipis atas Myanmar, Shin Tae Yong Puas?
- Timnas Indonesia vs Myanmar: Shin Tae Yong Bawa Misi Terselubung
- Pemkot Pekanbaru Mengalami Kendala Pindahkan 277 Pengungsi Rohingya
- Pengakuan Imigran Rohingya: Bayar Rp 32 Juta untuk Naik Kapal ke Indonesia
- Imigran Rohingya Mendarat Lagi di Aceh, Jumlahnya 93 Orang