Salvador Ramos

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Salvador Ramos
Sejumlah warga berkumpul di Ssgt Willie de Leon Civic Center, tempat murid-murid dibawa dari Robb Elementary School pascapenembakan, di Uvalde, Texas, Selasa (24/5/2022). ANTARA/REUTERS/Marco Bello/tm (REUTERS/MARCO BELLO)

Pada 14 Februari 2018, seorang mantan siswa berusia 19 tahun di SMA Marjory Stoneman Douglas yang dikeluarkan dari sekolah karena alasan disiplin kembali ke sekolah Parkland, Florida. 

Dia melepaskan tembakan dan membunuh 14 siswa serta tiga pegawai.

Pada 18 Mei 2018, sepuluh orang, termasuk delapan siswa, tewas di tangan seorang siswa berusia 17 tahun bersenjatakan senapan dan pistol. 

Dia menerobos kelas sesaat ketika dimulainya pembelajaran, pelaku melepaskan tembakan ke teman-teman sekelasnya di pedesaan Santa Fe, Texas.

Menyusul tragedi itu, Gubernur Texas Greg Abbott meluncurkan 40 rekomendasi, terutama berfokus pada peningkatan keamanan bersenjata di kampus dan sekolah serta meningkatkan pemeriksaan kesehatan mental untuk mengidentifikasi anak-anak bermasalah.

Namun, kepemilikan senjata dapat menjadi kebanggaan bagi banyak orang Texas, sehingga beberapa siswa SMA Santa Fe menentang menghubungkan kasus penembakan dengan perlunya UU pengendalian senjata.

Lobi senjata America Riffle Association dan lobi Yahudi adalah dua kelompok lobi paling kuat di Amerika Serikat. 

Mereka menjadi bandar para politisi yang hendak maju sebagai anggota kongres maupun senat dengan imbalan akan membela kepentingan kelompok itu di parlemen.

Penembakan yang dilakukan Salvador Ramos menewaskan 19 murid dan dua guru di SD negeri Robb, Uvalde, Texas, Amerika Serikat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News