Sama Sulit
Oleh: Dahlan Iskan
Saya sulit berbasa-basi. Maka kondisi baik itu saya manfaatkan untuk menggali ''sejarah lama'': bagaimana Mimbar Masyarakat didirikan. Ia tinggal satu-satunya saksi hidup. Pelaku utama pula.
"Kak Alwy itu kan orang Banjar. Lahir di kampung apa?" tanya saya.
Kak Alwy tidak segera menjawab. Ia memperbaiki posisi corong oksigen yang menutup hidungnya. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu yang lama tersimpan hanya di pikirannya.
"Saya lahir di Sengkang...." katanya.
"Haaaahhhhhh.....?" seru saya spontan. "Jadi... Pian itu bukan orang Banjar?" tanya saya seperti tidak percaya.
"Umur 40 hari saya dibawa bapak dan ibu ke Samarinda ini," jelasnya.
Ayahnya pedagang eceran. Di Pasar Pagi. Di pinggir sungai Mahakam. Memang banyak orang Sulawesi jadi pedagang di pasar itu. Mereka dikenal sebagai pekerja keras. Juga sering berkelahi. Sesekali ada peristiwa saling bunuh. Saya yang memberitakannya.
Ia tumbuh, besar, sekolah di Samarinda. Ia sekolah di Normal Islam Samarinda saat SD dan SMP. Setamat SMAN Kak Alwy kuliah di Unair Surabaya. Belum lagi setahun, ia mendapat kabar: ada akademi perniagaan dibuka di Banjarmasin. Tiga tahun sudah bisa lulus.
Rupanya diperlukan satu orang Bugis untuk menengahi dua orang Banjar yang hebat-hebat. Nono Makarim –ayahanda Mendikbud sekarang turun tangan.
- Menelusuri Jejak Pelanggaran Etika Bisnis: Pinjaman Online Ilegal
- Tim Smansasiers Universitas Indonesia Menjuarai Kompetisi CALIBER 2024
- Mahasiswa President University Raih Gold Prize pada Ajang Global Startup Competition
- Kloning Javier
- AJI Kecam Wartawan Intervensi Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang
- Sampaikan Aspirasi Saat Bertemu Menristek Dikti, Sultan: UKT Tidak Memberatkan Mahasiswa