Sama Sulit
Oleh: Dahlan Iskan
Kak Alwy pun kian jadi tokoh muda ternama di Banjarmasin. Nama Alwy As sudah jadi jimat. Sampai-sampai jarang yang tahu kalau ''As'' di belakang nama Alwy itu kependekan dari Alaydrus.
Seperti juga Nono dan Ismet, Alwy memang keturunan Arab.
Begitu seriusnya jadi aktivis, kuliah kak Alwy sendiri ''telantar''. Sudah delapan tahun belum juga lulus. Tinggal skripsi sebenarnya –tetapi tidak kunjung selesai. Kelak, ia baru jadi sarjana setelah pindah lagi ke Samarinda. Ia dipaksa oleh rektor Universitas Mulawarman Samarinda: Sang l egendaris Sambas Wirahadikusumah.
Kak Alwy memang meninggalkan Banjarmasin. Suatu hari kak Alwy bertemu tokoh Banjarmasin yang lagi menjabat gubernur baru Kaltim: Brigjen A Wahab Syahrani. "Ikam bulik Samarinda lah. Bantu aku," ujar sang gubernur.
Maka Kak Alwy pulang ke Samarinda. Tanpa ijazah sarjana. Gubernur ingin Alwy mendirikan koran baru di Samarinda. Yang seirama dengan misi Orde Baru.
Sebenarnya sudah banyak koran mingguan di Samarinda. Namun, semuanya milik tokoh nasionalis yang juga Sukarnois.
Maka didirikanlah harian Mimbar Masyarakat –mirip Mimbar Mahasiswa yang ia dirikan di Banjarmasin.
Saya baru tahu sekarang ini cerita seperti itu. Nasib Mimbar Mahasiswa sendiri, sepeninggal kak Alwy, kurang baik. Pecah. Bertengkar. Antara Djok Mentaya dan Anang Adenansi.
Rupanya diperlukan satu orang Bugis untuk menengahi dua orang Banjar yang hebat-hebat. Nono Makarim –ayahanda Mendikbud sekarang turun tangan.
- Generasi Taruna
- Menelusuri Jejak Pelanggaran Etika Bisnis: Pinjaman Online Ilegal
- Tim Smansasiers Universitas Indonesia Menjuarai Kompetisi CALIBER 2024
- Mahasiswa President University Raih Gold Prize pada Ajang Global Startup Competition
- Kloning Javier
- AJI Kecam Wartawan Intervensi Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang