Sambil Berdendang Biduk Hilir

Sambil Berdendang Biduk Hilir
Menteri Pariwisata Arief Yahya menerima beberapa tour operator besar Eropa di atas Kapal Phinisi, ikon Paviliun Indonesia di ITB Berlin. Foto: Don Kardono/Indopos/JPNN

Di atas replika Kapal Phinisi yang menjadi ikon Paviliun Wonderful Indonesia di Hall 26 A, Messe Berlin itu, Arief menemui rombongan DerTour, Britta Jahner. Lalu Go Vocation Indonesia, Maria Glockler. Meier’s Weltreisen dengan Martin Schneider. Thomas Cook dengan Volkert. TUI Deutchland, Mathias Tawes, Jesko Krengel dan Corinna Habicht.

“Jualan pariwisata Indonesia di ITB Berlin ini sudah menghasilkan komitmen lebih dari Rp 4 triliun dalam dua hari. Inilah yang bisa men-drive pertumbuhan ekonomi kreatif di tanah air,” kata dia.

Perusahaan airline juga tidak kalah strategisnya. Karena tidak semua bisa di-handle langsung oleh Garuda Indonesia yang sudah lama membuka jalur penerbangan Eropa, dibutuhkan lebih banyak lagi aksesibilitas dan konektivitas menuju Indonesia.

Harus diakui, airlines adalah jembatan yang membawa wisatawan menuju ke tanah air. Wisman dengan airlines itu ibarat air dan ikan. Ikan akan hidup sehat ketika ada air. Dan air kelihatan kering tanpa ikan-ikan.

Karena itu, Menpar Arief Yahya pun membuka jendela lebar-lebar bagi bisnis airline untuk menggarap pasar pariwisata menuju Indonesia. Prinsipnya cuma satu, di mana ada gula, di situ banyak semut. Di mana ada opportunity, di situ bakal dikerubuti banyak pebisnis.

Maskapai milik negara tetangga, Malaysia Airlanes, Thomas Trass, Sales Manager Jerman dan Polandia, David Rajkumar, Area Manager Jerman dan Polandia sudah ditemui. Juga Singapore Airlanes, yang banyak memiliki flight dari dan ke Eropa-Amerika.

Branding Wonderful Indonesia, juga dia lakukan dengan banyak interview dengan media-media Jerman maupun Eropa. Seperti wawancara dengan Eurosport, Euronews, ITB Berlin News, dan lainnya. Tujuannya jelas, menaikkan brand awareness objek wisata Indonesia di benak publik di Eropa dan pengunjung ITB Berlin. Press Conference di hari pertama bersama Dubes Fauzy Bowo, Dirjen Pemasaran Esthy Reko Astuty dan Direktur Promosi Luar Negeri Nia Niscaya juga sudah memberi pencerahan tentang potensi wisata Indonesia.

Seperti diketahui, karakter pasar Eropa itu memang khas. Mereka terkendala oleh jarak yang harus ditempuh 18 jam ke Indonesia. Artinya, 2 hari waktunya habis di atas awan. Tetapi, weakness soal jarak itu bisa disulap menjadi strength, melalui objek wisata nasional yang komprehensif, yang memadukan antara nature, culture dan culinary.

Ketika jiwa marketing sudah melekat, di manapun, kapanpun, situasi apapun, dengan siapapun, tetap saja berujung pada target sales dan revenue. Khas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News