Sampah Elektronik Meningkat 21 Persen, Asia Penyumbang Terbesar

Temuan lain dari GESP, baru 9,3 juta metrik ton sampah elektronik yang dikumpulkan dan didaur ulang, atau 17,4 persen dari total sampah yang dihasilkan.
Sebanyak 44,3 metrik ton lainnya, atau 82,6 persen tidak terdokumentasi dan tidak jelas digunakan untuk apa.
Wilayah tertinggi yang mengumpulkan dan mendaur ulang sampah elektronik adalah Eropa yaitu 42,5 persen, diikuti Asia 11,7 persen dan Amerika 9,4 persen.
Oseania melakukannya sebanyak 8,8 persen, sementara Afrika 0,9 persen.
Di negara maju, produk elektronik yang sudah tidak terpakai bisa diperbaiki dan digunakan kembali, umumnya dikirim sebagai barang rekondisi (refurbished) ke negara berpendapatan rendah hingga menengah, jumlahnya mencapai 7 hingga 20 persen.
Hanya 8 persen benda elektronik tidak terpakai yang berakhir sebagai sampah elektronik.
Apa itu sampah elektronik?
GESP, berdasarkan Step Initiative 2014, dalam laporan tersebut menyebut benda elekronik sebagai Electrical and Electronic Equipment (EEE), yakni benda yang memiliki kumparan atau komponen elektronik dengan daya atau baterai.
Organisasi di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurus sampah elektronik, GESP, melaporkan bahwa sampah elektronik terus menggunung sejak lima tahun terakhir.
- Haidar Alwi: TNI-Polri Peringkat 5 Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia
- PBB: Sudan Selatan di Ambang Jurang Kehancuran
- Ikuti Jejak Anies, Pramono Gratiskan Pajak Rumah dengan NJOP di Bawah Rp 2 Miliar
- Fenomena #KaburAjaDulu Jadi Tren Anak Muda Merintis Karier di Luar Negeri
- Blokade Israel Memperburuk Situasi Kemanusiaan di Jalur Gaza
- bank bjb Permudah Layanan Pembayaran PBB dengan QRIS dan Virtual Account