Sampah Plastik Australia Berakhir di Desa Bangun, Mojokerto

"Kita sudah lama keenakan dengan biaya daur ulang yang sangat murah (dengan mengirimnya ke negara lain)," jelasnya.
"Mereka telah membayar untuk daur ulang kita dengan sangat baik sehingga menjadi bonanza bagi kami secara finansial. Tapi sekarang kita harus mengatasinya, kita harus membayar sedikit lebih mahal. Toh kita pada dasarnya mengekspor polusi," papar Dr Pickin.
Seorang warga Bangun lainnya yang ditemui ABC, Sugeng, merupakan salah satu dari sedikit penduduk di sana yang tak terlibat bisnis daur ulang.
Dia seorang nelayan yang harus pergi jauh untuk menangkap ikan, tak lagi seperti dulu dia bisa menebar jalanya di sungai terdekat.
Sugeng menunjukkan danau tempatnya biasa berenang ketika masih anak-anak dan kini dalam kondisi berbau menyengat.
Menurut dia, limbah buangan dari pabrik yang memproses kertas daur ulang telah merenggut sebagian kawan masa kecilnya.
"Ketika saya masih kecil, airnya bersih di daerah ini. Kita bisa berenang, bermain, semua masih alami. Tapi tidak ada yang bisa bermain di sungai lagi karena air tercemari pabrik kertas," katanya.
Sugeng percaya semua limbah plastik itu telah membuat desanya sakit.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya