Sampah Saset: Masalah Besar Indonesia dalam Kemasan Kecil
Hampir separuh responden memilih "harga yang lebih terjangkau" sebagai alasan mereka, sementara tanggapan populer lainnya adalah "ukuran produk sesuai dengan takaran kebutuhan" dan "mudah dibawa".
Tapi lebih sulit diproses, ini alasannya
Kemasan saset yang berukuran kecil ini sulit diproses dalam sistem pengelolaan limbah, sehingga menyebabkan plastik saset berakhir di tempat pembuangan sampah, sungai, dan pantai.
Dampaknya bisa mengancam dan merugikan ekosistem, satwa liar, dan pada akhirnya, kesehatan dan mata pencaharian manusia.
Vidya Naiknaware, seorang pemulung di Koperasi SWaCH India mengatakan, "kami selalu menghadapi masalah dengan bungkus dan saset kecil ini".
"Mereka tidak bisa dijadikan kompos atau didaur ulang karena nilainya yang kecil, ukurannya membuat mereka hampir mustahil untuk dikumpulkan," katanya.
Kepala Penelitian Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia, Bisuk Sisungkunon, mengatakan "saset yang selama ini dianggap ramah di kantong ternyata tidak ramah lingkungan dan kesehatan."
Bisuk mengatakan studi yang dilakukan timnya memperkirakan kerugian lingkungan dan sosial akibat penanganan saset yang tidak tepat di Indonesia mencapai sekitar 1,7 triliun rupiah per tahun.
Ia mengatakan hanya sekitar 36 persen sampah saset yang diolah dan didaur ulang dengan benar.
Kemasan saset jadi pilihan, karena harganya yang murah dan bisa mengemas banyak produk. Mulai dari kosmetik, kopi instan, sabun, bumbu dan kebutuhan sehari-hari lainnya
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Fokus Berkelanjutan, LPKR Libatkan Lini Bisnis Kelola Sampah dan Limbah
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata
- Dunia Hari Ini: Rencana Airbnb Menggelar Pertarungan Gladiator di Roma Dikecam