Sampah Saset: Masalah Besar Indonesia dalam Kemasan Kecil

Sampah Saset: Masalah Besar Indonesia dalam Kemasan Kecil
Kisaran ukuran kemasan yang memenuhi definisi saset ditemukan di empat negara di Asia. (Supplied: Trash Hero Indonesia)

Ribuan saset terjual setiap detik

Kemasan saset pertama kali diproduksi secara massal oleh Hindustan Unilever, cabang Unilever Inggris di India, pada tahun 1980-an untuk menjual 'shampoo' dalam porsi kecil seharga 1 rupee per saset, atau sekitar Rp193.

Hampir lima dekade kemudian, Unilever kini menjual 1.700 saset plastik setiap detiknya, menurut laporan yang dirilis oleh organisasi lingkungan Greenpeace tahun lalu.

Laporan yang sama menyatakan "Unilever sedang menuju penjualan 53 miliar saset pada tahun 2023".

ABC menghubungi Unilever untuk memeriksa angka-angka tersebut, tetapi mereka memilih untuk tidak menjawab pertanyaan kami.

Namun mereka mengakui ada masalah dan juru bicaranya mengatakan kepada ABC kalau "masih banyak hal yang harus dikerjakan".

"Kami sudah mencapai kemajuan yang nyata dalam mengurangi sampah plastik. Misalnya, kami meningkatkan penggunaan plastik daur ulang dalam portofolio global kami menjadi 22 persen," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

"Mengurangi penggunaan plastik murni dan mengembangkan alternatif pengganti kemasan plastik fleksibel yang sulit didaur ulang, seperti saset plastik, tetap menjadi prioritas."

"Kami sedang mengupayakan berbagai solusi untuk mengurangi penggunaan saset plastik, dan menggantinya dengan bahan, format, dan model alternatif. Kami berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan mitra industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan alternatif yang layak dan terukur untuk mengurangi limbah plastik."

Kemasan saset jadi pilihan, karena harganya yang murah dan bisa mengemas banyak produk. Mulai dari kosmetik, kopi instan, sabun, bumbu dan kebutuhan sehari-hari lainnya

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News