Sampit Bantul
Oleh: Dahlan Iskan
Butet Kartaredjasa, seniman "asu" Yogya itu menjawab: 4 pasangan. Demikian juga Arif Afandi, mantan wakil wali kota Surabaya yang juga tokoh pers.
"Tidak lebih tiga atau empat pasangan," jawab Sofyan Wanandi, konglomerat yang juga politikus bawah tanah yang handal.
"Hanya akan tiga pasangan," jawab Dr Hadi Cahyadi, ahli konstitusi keluarga (family constitution) dari Universitas Tarumanegara Jakarta.
"Bisa lima pasang atau lebih," jawab Mirza, tokoh muda Aceh yang juga dosen di FH Universitas Syiah Kuala.
"Paling tidak lima pasangan," ujar Johannes Dipa, pengacara Surabaya yang juga seorang kurator.
"Bisa tujuh pasangan," ujar dokter ahli jantung Jagadito yang kini lagi memperdalam spesialisasinya di rumah sakit Rizhao, dekat Qingdao, Tiongkok. Ia tetap mengikuti perkembangan di dalam negeri. Ia memang seorang aktivis.
"Paling tidak tujuh pasang," jawab Indri, sekretaris Federasi barongsai Indonesia di periode saya ketua umumnya.
Pokoknya seru. "Tentu akan banyak badut-badut yang maju," jawab Kwik Kian Gie, mantan menko perekonomian yang juga mantan politikus PDI-Perjuangan.
Gempa politik terus mengguncang bumi Indonesia. Ketika gempa-gempa susulan masih terus terjadi di PDI Perjuangan, MK tiba-tiba jadi episentrum gempa baru.
- Biaya Haji 2025 Turun, Prabowo Disebut Belum Puas
- Pemerintahan Prabowo Sudah Bangun 40 Ribu Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
- Aktivis Geruduk KPK, Minta Kasus Korupsi Jokowi dan Keluarganya Diusut
- Jumlah Anggota Koalisi Parpol di Pilpres Perlu Diatur Mencegah Dominasi
- Kehilangan Bulan
- MK Resmi Wajibkan Pendidikan Agama di Sekolah, Mendikdasmen Semringah