Sandiaga Sebut Jumlah Kunjungan Wisman ke Indonesia 2022 Hampir Mencapai 5,5 Juta
jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2022 melampaui target yang ditetapkan.
Sandi, panggilan akrab Sandiaga Uno, menjelaskan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada 2022 hampir mencapai 5,5 juta atau naik 250 persen dibandingkan 2021.
Dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang dipantau secara virtual, dia menyatakan jumlah wisman melampaui proyeksi kunjungan pelancong luar negeri ke Indonesia yang sebesar 5,2 juta.
“Saya berpikir, kan, November 2022 total kunjungan wisman sudah mencapai 4,6 juta orang, kalau ada tambahan 600 ribu saja di Desember 2022, maka target 5,2 juta kunjungan akan tercapai dan saya akan sangat bersyukur. Namun, begitu angka kunjungan wisman pada Desember 2022 keluar sebesar 895 ribu, itu hampir mencapai 5,5 juta kunjungan pada 2022, dan saya tak bisa menyembunyikan kegembiraan saya,” katanya di Jakarta, Senin (6/2).
Kunjungan wisman pada Desember 2022 dibandingkan Desember 2021, ada peningkatan 447,08 persen.
Begitu pula jika dibandingkan dengan November 2022, ada peningkatan 36,19 persen.
Menurut kebangsaan, wisman asal Singapura menjadi paling banyak datang ke Indonesia, mencapai 20,15 persen.
“Berikutnya adalah Malaysia 17,89 persen, Australia 11,42 persen, Timor Leste 8,4 persen, dan India 5,61 persen,” ungkap Sandi.
Kunjungan wisman ke Indonesia 2022 hampir 5,5 juta. Menparekraf Sandiaga Uno mengaku tak dapat menyembunyikan kegembiraannya atas hal itu.
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?