Sang Pilar yang Teman Semua Orang

Sang Pilar yang Teman Semua Orang
Sang Pilar yang Teman Semua Orang
Tentu, ada alasan kuat mengapa Pak TK getol dengan sosialisasi "Empat Pilar" itu. Tidak mungkin beliau segetol itu kalau tidak melihat gejala yang membahayakan empat fondasi kenegaraan kita itu. Terutama menggejalanya politik aliran yang berkembang ke memudarnya toleransi. Bukan saja antaraliran, bahkan di dalam aliran itu sendiri.

    

Tentu, banyak pertanyaan ini: mengapa jenazah almarhum tidak disemayamkan dulu di kediaman. Mengapa pula tidak disinggahkan di gedung MPR. Mengapa tiba dari Singapura di Halim Perdanakusuma disemayamkan di situ satu jam untuk langsung dimakamkan di TMP Kalibata.

Macam-macam spekulasi yang dibicarakan secara bisik-bisik di masyarakat. Tentu, saya sendiri juga penasaran. Karena itu, langsung saja saya tanyakan ke pihak keluarga. Kebetulan, saya memang berada di arah belakang Ibu Mega dan Mbak Puan.

    

"Ibu Mega menghendaki agar pemakaman ini sudah harus selesai sebelum waktu duhur," ujar Pramono Anung. Jelaslah bahwa Ibu Mega ternyata sangat mendalam memperhitungkan hukum agama di bidang tata cara pemakaman.

    

"BELIAU itu amalnya banyak," gumam lirih Menko Perekonomian Hatta Radjasa saat jenazah Dr H Taufik Kiemas, ketua Majelis Permusyawaratan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News