Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana

Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
Titiek Puspa di Musica Studio, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019). Foto: Dedi Yondra / JPNN.com

“Saya merasakan sesuatu yang ajaib. Kepala saya terasa ringan, jernih dan tidak pusing sama sekali. Badan saya pun rasanya segar dan kuat, seperti ada energi baru yang mangaliri tiap sendi. Saya berlari lincah keluar rumah...tertawa kerkepanjangan…”

Titiek menekuni tarik suara secara profesional setelah menjadi runner up pada lomba Bintang Radio se-Jawa Tengah di Semarang pada 1954. Dari kontes itu, dia mencoba peruntungan dengan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti lomba Bintang Radio Nasional.

Namun, Dewi Fortuna belum berpihak kepada Titiek. Walakin, ajang itu membuat Titiek dikenal oleh pimpinan Orkes Simphony Djakarta (OSD) Sjaiful Bachri.

Buku ‘100 Konser Musik di Indonesia’ suntingan Anas Syahrul Alami dan Muhidin M. Dahlan mendedahkan Titiek menjadi penyanyi honorer di OSD. Honornya sekali pentas Rp 75,-.

Nama Titiek pun kian berkibar. Nama panggung Titiek Puspa merupakan kombinasi. Panggilan ‘Titiek’ diambil dari Sudarwati, sedangkan Puspa dari nama ayahnya, Puspo.

Titiek bukan hanya punya nama Sudarwati, melainkan juga pernah dinamai Kadarwati dan Sumarti. Nama anak kecil yang diganti merupakan hal biasa di kalangan masyarakat Jawa, terutama pada bocah yang sakit-sakitan karena dianggap keberatan menanggung nama.

Tawaran manggung terus mengalir. Peruntungan juga membawa Titiek masuk ke dapur rekaman.

“Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama yang mengajak Titiek rekaman pada 1955,” demikian ditulis Anas dan Muhidin dalam buku terbitan Rajawali Indonesia Communication itu.

Sang legenda, Titiek Puspa telah berpulang. Beliau mengembuskan napas terakhir dalam usia 87 tahun.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News