Sapta Hasta Nawa Dasa Nirwandar

Sapta Hasta Nawa Dasa Nirwandar
Sapta Hasta Nawa Dasa Nirwandar

Asia masih naik, China, India, Malaysia, Singapore, terus bertumbuh. Jepang mulai menggeliat. Kota-kota di Aussie, seperti Sydney, Melbourne, Perth, Darwin, tetap menjadikan Indonesia sebagai tourism destination. Mereka menyebut Bali dan Lombok sebagai negeri keduanya,” jelas Wamen, yang mantan Dirjen Pemasaran Kementerian Budpar itu.

Baca Juga:

Pengalaman tahun 2008, kata Sapta, suasana krisis juga sedang mengguncang dunia. Tetapi pariwisata masih bisa naik 0,3 persen. Tahun 2011 lalu 7,65 juta kunjungan, di atas prediksi moderat 7,4 juta, dan jauh dari target pesimis 7,2 juta. Tahun 2012 ini, minimal Eropa-Amerika tidak turun, karena itu tetap harus dirawat dengan mengikuti Travel Mart, mempertemukan buyer dan seller, fokus ke pasar yang respek, lalu memberdayakan Indonesia Incorporated dengan Kedutaan dan Konsulat Indoesia di seluruh dunia.

Selain itu, menggarap komunitas yang punya nilai jual tinggi di negara yang bersangkutan. Misalnya, menitipkan promosi brand wisata Indonesia ke actor film Hollywood Richard Gere, aktris Julia Roberts, konglomerat dan pemilik Microsoft, Bill Gates, sampai ahli marketing Dr Philip Kotler dan Hermawan Kertajaya. Di setiap acara seminar yang mengundang Professor of International Marketing di Northwestern University, Kellogg Graduate School of Management di Chicago ini turut mempromosikan wonderfull Indonesia.

Numpang promosi di New York Marathon yang melegenda di AS itu akan terus dikembangkan. Kompetisi batik Amerika, yang diikuti lebih dari desainer batik, juga gagasan kreatif dalam mensosialisasikan produk heritage Indonesia. Bicara batik, secara otomatis berbincang soal asal muasal desain batik itu sendiri. Melabeli pikiran orang Amerika dengan batik, sama dengan mengibarkan Merah Putih di pikiran orang AS.

Sport Tourism, juga sedang dikembangkan Sapta Nirwandar. Tour de Singkarak, yang sudah tiga tahun, rattingnya melonjak sejak di connect-kan dengan Tour de France. “Mimpi kami seperti Tour de France, yang sudah 108 tahun, dan melegenda di Prancis. Mirip dengan New York Marathon, yang sudah menjadi tontonan publik di sana.

Padahal, sepeda itu finishnya cuma 2 -3 menit saja bisa di lihat?” sebut Sapta. Bagaimana mereka mengemas? Satu dua jam sebelumnya sudah berkumpul di Champ Elysee, kawasan kafe, resto, shopping, yang paling mahal dan mewah di Paris. Ada panggung besar, orang menunggu dengan big screen, ditambah live report di komentari dari helikopter.

Sambil minum champagne, orang terhibur menunggu pesepeda itu mencapai garis akhir. “Tour de Singkarak 800 kilometer, melewati 14 kabupaten, punya magnit besar,” ucap Sapta optimis. Marine Sport Tourism juga menjadi concern Kemenparekraf, seperti even Regata. Olahraga berbasis kelautan berupa pelayaran atau sail dari Langkawi (Malaysia), Phuket (Thailand) sampai ke Sabang (Aceh). Lalu, Wonderfull Diving dan tiga jenis boat yang berpacu dari hulu sampai ke hilir. “Turis Australia yang sudah berumur, lebih suka yatch, sailing, berlayar.

Yang muda lebih hobi bermain ombak, surfing. Dan, punya dua-dua objek itu,” tuturnya. Kalau sudah bercerita tentang kelautan, wisata laut, intonasi Sapta Nirwandar semakin keras dan cepat. Seolah, ada banyak hal yang ingin diceritakan, tetapi tidak cukup dua jam.

TAHU suasana yang paling asyik? Menyeduh earl grey tea hangat-hangat sambil berdiskusi dengan Menparekraf Mari Elka Pangestu atau Wamenparekraf Sapta

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News