Sapwadi si Pemuda Kreatif, Mulai Banjir Orderan
Hanya saja, kata Sap, untuk mendapatkan bahan yang bagus itu ia kesulitan. Misalnya, kaleng minuman bekas yang masih utuh atau tidak penyok sangat jarang. Menurutnya, jika kaleng bekas ini utuh akan mudah untuk membentuk desain lampu yang akan dibuatnya.
“Kalau beli minuman kaleng pasti saya bawa pulang kalengnya. Begitu juga pas ngumpul sama teman-teman, kalau ada botol minuman saya minta,” ujarnya.
Pembuatan lampu ini dilakukan tidak sembarang. Namun ia harus melakukan uji coba terlebih dahulu. Apakah bahan yang digunakan berbahaya atau tidak. “Saya tes seharian, apakah bahannya meleleh atau tidak. Nyetrum atau tidak,” ujar pemuda empat bersaudara ini.
Lampu yang dijual ini harus aman. Hanya saja kata dia, untuk membuat lampu yang lebih menarik ia terkendala modal. Ia ingin sekali membuat lampu model sekarang yang kebanyakan dicas.
Jadi, bisa digunakan pas mati lampu. “Ini kalau mati lampu tidak bisa dipakai. Karena model lampu ini dicolok,” terang jebolan IKIP Mataram ini.
Untuk pemasaran sendiri dilakukan secara online. Harga yang dibenderol untuk satu buah lampu cukup murah.Yakni Rp 30 ribu.
Guru guru tempat ia mengabdi sebagian besar memesan. Bahkan ia juga sempat kewalahan. Pascagempa lalu, para warga yang berada ditempat pengungsian memesan lampu hasil karyanya. Sehingga mau tidak mau ia harus lembur untuk mengerjakan pesanan warga.
Namun demikian, apa yang dibuatnya ini hanya satu model. “Cara menghidupkannya hanya dicolok. Saya sih ingin ada yang modelnya dicas,” harapnya. (*/r5)
Di tangan Syamsul Sapwadi, barang bekas alias sampah bisa menjadi benda yang punya nilai ekonomis.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Ada yang Berbeda dari Jip Willys Ini, Jangan Kaget Kalau Melihatnya
- Antisipasi Perlambatan Ekonomi, Lanyalla Ajak Pengusaha Daerah Kreatif
- Imajinasi Sukadi Bernilai Jual Tinggi
- Wanda, Si Cantik yang Kreatif Banget
- Gaji dan Pendapatan Hasil Usaha Kreatif Diserahkan ke Ibunya
- Usaha Kreatif 4 Mahasiswi Akper, Dekorasi Mini, Cantik