Sarjana Bisnis yang Tercebur di Lapangan Hijau

Sarjana Bisnis yang Tercebur di Lapangan Hijau
Sarjana Bisnis yang Tercebur di Lapangan Hijau
Alhasil, setelah lulus sebagai sarjana bisnis di sebuah perguruan tinggi di Swiss, Di Matteo mantap menjadi pesepak bola profesional. Namanya mulai dikenal di Swiss setelah membawa Aarau sebagai juara Super League Swiss 1993 dan terpilih sebagai pemain terbaik di tahun yang sama.

Sukses itu membuat dia tertantang menjajal karir baru di negeri leluhurnya, Italia. Lazio mendapatkannya secara gratis. Tapi, Di Matteo hanya bertahan tiga tahun di klub asal Roma tersebut karena konflik dengan pelatih Lazio kala itu, Zdenek Zeman. Pada 1996, Di Matteo pun hengkang ke Chelsea dan menjadikannya sebagai pembelian termahal kala itu.

“Saya pergi juga karena ingin mendapatkan kehidupan normal. Di Roma, saya menjalani profesi sepak bola selama 24 jam. Sedangkan di London, saya masih memiliki banyak waktu berjalan di taman, pergi ke bioskop, atau berbelanja tanpa dikenali oleh siapa pun. Saya cinta dengan kehidupan di London,” tutur Di Matteo.

Betah hidup di London membuat Di Matteo juga berjodoh dengan Chelsea. Di musim pertama, dia berhasil membawa The Blues – sebutan Chelsea – memenangi Piala FA sesuai mengalahkan Middlesbrough 2-0. Di Matteo bahkan membuka skor saat laga baru berjalan 42 detik. Itu menjadi gol tercepat dalam sejarah Piala FA sebelum dipecahkan 12 tahun kemudian oleh Louis Saha. Yakni, ketika striker Everton itu hanya butuh 29 detik untuk membobol gawang Chelsea.

HANYA dalam 75 hari, Roberto di Matteo berhasil mempersembahkan dua trofi bergengsi, Piala FA dan Liga Champions. Capaian fantastis untuk pelatih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News