Sarjana jadi Petani, Hasilnya Lumayan Memuaskan
"Kami memilih menanam tomat dan cabai karena dua komoditas itu tiap hari dicari dan dikonsumsi masyarakat," tutur suami Sukarni Anwar tersebut.
Lahan tersebut lebih dulu dipetak sebelum bibit disemai. Bibit tomat dan cabai dibeli dari toko-toko di Ternate.
Meski awalnya banyak pihak meragukan, Fahri selaku koordinator kelompok taninya yakin ada hal yang menjanjikan dari sektor pertanian.
Keyakinan putra pasangan Sumanto A Rustan dan Nursin M Taher ini tak salah. Panen perdana mereka hasilnya amat memuaskan.
Lima sekawan ini lebih memilih memasarkan hasil tani mereka di Ternate. Pasar tradisional Gamalama, Bastiong, dan Sasa jadi tujuannya. "Kalau jual di Haltim tidak laris. Karena tomat dan cabai di Haltim banyak di pasar," jabarnya.
Hasil panen didistribusikan ke Ternate menggunakan pick up milik Fahri. Kendaraan tersebut dibeli dari hasil jualan tomat dan cabai juga.
Fahri juga berhasil memberangkatkan ayahnya umrah, membeli 2 unit Avanza, 3 unit sepeda motor Kawasaki, dan membangun rumah dari hasil bertani.
Fahri hanya mengenyam ilmu bercocok tanam secara formal di tingkat SMA. Ia sendiri merupakan seorang sarjana Biologi.
Penyebabnya adalah banyaknya tomat dan cabai impor dari luar Maluku Utara yang beredar di pasaran.
- Wamentan Sudaryono Dapat Gelar Bapak Petani Milenial, Yakin Sektor Pertanian Menjanjikan
- Tinggalkan Karier Mapan, Agus Sugiri Sukses Bertani bersama Agrosolution Pupuk Kaltim
- Melalui MSPP, Kementan Menjabarkan Strategi Pemasaran Komoditas Hortikultura Era Digital
- Kementan Beri Pendampingan dan Penerapan Mekanisme ke Petani di Merauke
- PNM dan PIP Dorong Petani Perempuan Terampil Finansial
- Polda Maluku Rekrut Bintara Kompetensi Khusus Pertanian, Gizi dan Kesehatan