Sarjana jadi Petani, Hasilnya Lumayan Memuaskan
"Tapi sejak kecil sudah sering ikut ayah bertani. SMA, jurusan saya adalah pertanian. Jadi tidak sulit bagi saya geluti dunia pertanian," ungkapnya.
Usaha budidaya Fahri dan rekan-rekannya ini bukannya tak pernah mengalami kendala. Pada 2016, bisnis mereka sempat mandek lantaran minimnya permintaan pasar.
Penyebabnya adalah banyaknya tomat dan cabai impor dari luar Maluku Utara yang beredar di pasaran.
"Tapi itu tidak melemahkan semangat kami. Kami tetap bertani, karena itu sumber hidup kami," imbuhnya.
Meski kini permintaan pasar sudah kembali normal, Fahri berharap pemerintah mau melakukan intervensi yang menguntungkan petani lokal. Salah satu caranya adalah mengurangi impor rempah.
"Bila perlu putuskan rantai ketergantungan rempah dan sembako dari daerah lain, sebab bisa membahayakan petani lokal. Kami yakin pasokan di daerah bisa menjamin konsumsi masyarakat," tandasnya.(tr-01/kai)
Penyebabnya adalah banyaknya tomat dan cabai impor dari luar Maluku Utara yang beredar di pasaran.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Wamentan Sudaryono Dapat Gelar Bapak Petani Milenial, Yakin Sektor Pertanian Menjanjikan
- Tinggalkan Karier Mapan, Agus Sugiri Sukses Bertani bersama Agrosolution Pupuk Kaltim
- Melalui MSPP, Kementan Menjabarkan Strategi Pemasaran Komoditas Hortikultura Era Digital
- Kementan Beri Pendampingan dan Penerapan Mekanisme ke Petani di Merauke
- PNM dan PIP Dorong Petani Perempuan Terampil Finansial
- Polda Maluku Rekrut Bintara Kompetensi Khusus Pertanian, Gizi dan Kesehatan