Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (1)

Delapan Kali Langgar Sungai Menuju Ibu Kota Kabupaten

Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (1)
BUKAN AMFIBI: Sepeda motor pun harus nyebur ke dalam sungai untuk menempuh perjalanan dari Desa Okatana menuju Desa Ramuk di Kecamatan Pinupahar. Foto : Rukin Firda/Jawa Pos

Perjalanan seperti itu harus dilakukan Joko atau sarjana lain yang mendapat tugas belanja ke Waingapu. Rute Ramuk"Katikwa"Waingapu adalah rute terdekat dan termudah. Jika rute tersebut tidak bisa ditempuh karena ada longsor atau sungai terlalu dalam dan tidak mungkin dilanggar, Joko atau yang lain harus menempuh jalur alternatif yang memutar dan lebih sulit.

Jalur tersebut adalah Ramuk-Okatana-Lea-Lunggi-Pinupahar-Waingapu. Selain lebih jauh, mereka harus delapan kali melanggar sungai.

Sedikit hiburan dalam perjalanan seperti itu adalah airnya yang sungguh jernih dan menggoda untuk mandi dan berendam. Biasanya, mereka mandi di "pelanggaran" terakhir. "Sekaligus menghilangkan debu dan peluh. Acara mandinya bisa satu jam," kata Joko.

Dengan kondisi seperti itu, bagaimana Joko mengoordinasikan rekan-rekannya yang tersebar di 21 kecamatan di Sumba Timur" Pertemuan langsung jelas sangat tidak efektif. Pilihannya adalah telepon. Karena tidak ada fixed telepon, telepon seluler menjadi pilihan.

Lebih dari 2.000 sarjana tengah menjalani program Sarjana Mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T) yang digagas Kemendikbud awal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News