Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (2-Habis)

Riski pun Tinggal Sendiri di Aula Sekolah

Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (2-Habis)
Para sarjana peserta SM3T tengah bercengkrama dengan para murid SD. Foto : Rukin Firda/Jawa Pos

Kehadiran Riski membuat semangat anak-anak itu untuk belajar mendapat jawaban. Anak-anak terlihat sangat haus akan pengetahuan.

Di pagi hari, jika mereka belum mendapati Riski di ruang kelas, siswa mendatangi dia  di "mess". Mereka bersama-sama memanggil nama Riski dengan sebutan "Ibu Guru" untuk segera keluar dan memberi mereka pelajaran. "Saya benar-benar trenyuh," tuturnya.

Para siswa itu juga rela berjalan kali berkilo-kilometer untuk sampai di sekolah. Banyak di antara mereka yang bertelanjang kaki, bersandal jepit, atau sepatu kebesaran. "Bekalnya adalah selembar buku dan sebatang pol bolpoin atau pensil," ungkap Riski.

Dorongan lain yang membuat Riski bisa bertahan dan melupakan kesendiriannya adalah respons masyarakat sekitar sekolah. Kenyataan bahwa antara dia dan masyarakat berbeda keyakinan tidak menjadi penghalang.

Kondisi topografis Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), melahirkan banyak sekolah terpencil. Bagi para sarjana SM3T, keterbatasan itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News