Sarjana-Sarjana Tangguh yang Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (2-Habis)
Riski pun Tinggal Sendiri di Aula Sekolah
Kamis, 02 Februari 2012 – 00:02 WIB
Kehadiran Riski membuat semangat anak-anak itu untuk belajar mendapat jawaban. Anak-anak terlihat sangat haus akan pengetahuan.
Di pagi hari, jika mereka belum mendapati Riski di ruang kelas, siswa mendatangi dia di "mess". Mereka bersama-sama memanggil nama Riski dengan sebutan "Ibu Guru" untuk segera keluar dan memberi mereka pelajaran. "Saya benar-benar trenyuh," tuturnya.
Para siswa itu juga rela berjalan kali berkilo-kilometer untuk sampai di sekolah. Banyak di antara mereka yang bertelanjang kaki, bersandal jepit, atau sepatu kebesaran. "Bekalnya adalah selembar buku dan sebatang pol bolpoin atau pensil," ungkap Riski.
Dorongan lain yang membuat Riski bisa bertahan dan melupakan kesendiriannya adalah respons masyarakat sekitar sekolah. Kenyataan bahwa antara dia dan masyarakat berbeda keyakinan tidak menjadi penghalang.
Kondisi topografis Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), melahirkan banyak sekolah terpencil. Bagi para sarjana SM3T, keterbatasan itu
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas