Sarulla Akhirnya OK, Bagaimana Asahan III?
Senin, 12 April 2010 – 08:40 WIB
BANYAK yang ragu ketika di Medan saya mengumumkan ini: dalam waktu satu bulan investor Sarulla sudah harus membuat keputusan. Kalau tidak, PLN akan mengerjakan sendiri pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sumut itu. Bukan hanya orang luar yang ragu, tapi juga staf PLN sendiri. 'Seriuskah batas waktu 1 bulan itu,' tanya seorang staf PLN. Rupanya mereka berpendapat tidak mungkin proyek yang sudah terlantar selama bertahun-tahun akan bisa disepakati dalam waktu satu bulan. Untunglah tidak terjadi apa-apa dengan kesehatan saya. Padahal keesokan harinya saya sudah harus bangun jam 05.00. Kami harus berkunjung ke APJ Lubuk Pakan, kantor pelayanan listrik yang langsung berhubungan dengan masyarakat di tingkat kabupaten. Sejak menjabat Dirut PLN tiga bulan lalu saya memang terpaksa harus sering melanggar ketentuan dokter.
'Sangat serius,' jawab saya. Di Perapat, dekat Danau Toba itu, seseorang juga menemui saya. Ia juga menanyakan serius tidaknya ucapan saya di depan Komisi VII DPR-RI yang sedang berkunjung ke Sumut itu. Jawab saya tidak berubah. Bahkan batas waktu satu bulan tersebut sudah berjalan dua minggu, sehingga malam itu tinggal tersisa dua minggu.
Baca Juga:
Batas waktu tersebut saya ulangi lagi dalam rapat dengan komisi VII DPR di Hotel Prapat malam harinya. Rapat tersebut baru berakhir jam 01.00 dini hari. Inilah untuk pertama kalinya saya melanggar ketentuan dokter. Sejak menjalani transplantasi hati dua tahun lalu, saya memang diminta dokter untuk harus sudah tidur pada pukul 22.00. Tapi persoalan pemadaman listrik di Medan, waktu itu, memang harus diselesaikan dengan cara yang tidak biasa. Teman-teman PLN Medan baru saja berhasil membuat Sumut bebas dari pemadaman bergilir.
Baca Juga: