Sarung dan Santri Tidak Bisa Dipisahkan, Bawa Nilai Kehidupan
jpnn.com, JAKARTA - Di tengah tantangan global dewasa ini, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menyerukan dan menjelaskan ajaran Islam adalah rahmatan lill alamin.
Dibutuhkan peran santri dalam menghadapi tantangan global tersebut, dengan melahirkan santri-santri yang mandiri dan memiliki orientasi Go Global.
Para santri bisa berperan aktif berkontribusi pada perdamaian dunia, membuka peluang berbisnis dan berkarier di dunia internasional, sekaligus mengenalkan identitas dan pelestarian nilai budaya Indonesia melalui sarung.
Santri dan sarung ibaratnya sudah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Terbukti, mayoritas pesantren di Indonesia menjadikan sarung sudah seperti menjadi pakaian wajib.
Artinya, fungsi sarung sudah bukan lagi menjadi pakaian untuk beribadah, tapi sudah memiliki nilai kehidupan.
Bahkan, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Hari Sarung Nasional pada 3 Maret dan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober.
Penetapan Hari Santri Nasional memiliki arti dan makna sebagai momentum untuk refleksi yang kemudian menjadikan dasar refleksi itu untuk berbenah dan terus meningkatkan kualitas santri demi kemajuan bangsa.
Sedangkan, makna Hari Sarung Nasional memilki makna sebagai kekayaan budaya yang tidak dimiliki bangsa dan negara lain.
Santri dan sarung ibaratnya sudah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan dan sudah seperti pakaian wajib.
- Hari Santri Nasional: Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat NKRI & Meneladan Perjuangan KH Hasyim Asy'ari
- Hadiri Majelis Sholawat Hari Santri Nasional, Ahmad Luthfi Sebut Dirinya Juga Santri
- PBNU: Santri Harus Terus Berjuang untuk Kebaikan Negeri
- Adityawarman Ajak Santri Berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045
- Hari Santri Nasional, Danone Indonesia-Serikat Ekonomi Pesantren Tanam 5.000 Bibit Pohon
- Hari Santri Nasional, BMH Yogyakarta Salurkan Beras ke Pesantren Tahfidz Darul Hijrah