Satu Abad NU, dari Banser Rock You sampai ’Wak Min Thariq'

Satu Abad NU, dari Banser Rock You sampai ’Wak Min Thariq'
Menteri BUMN Erick Thohir dengan mengenakan seragam Banser berpidato pada resepsi Peringatan Satu Abad NU di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2). Foto: tangkapan layar TVNU

Menurut dia, apabila hendak mengembangkan wacana syariat tentang perdamaian dan toleransi, muaranya harus harus pada Piagam PBB. Untuk itulah, hal pertama yang harus disepakati ialah soal kejelasan kedudukan Piagam PBB di mata syariat.

PBB didirikan oleh negara-negara pemenang Perang Dunia II yang terdiri atas Amerika, Eropa, dan Uni Soviet. Negara-negara yang kalah, seperti Jerman dan Jepang, kekuatan militernya dilucuti dan menjadi tawanan politik internasional.

Meskipun sama-sama berkumpul di PBB, Amerika dan Uni Soviet tidak pernah rukun. Perang panas pada Perang Dunia II berakhir, tetapi kemudian muncul Perang Dingin antara dua blok kekuatan dunia, yakni Amerika Serikat yang kapitalis-liberal vs Uni Soviet yang sosialis-komunis.

Perang Dingin tidak kalah menegangkan dibanding perang panas karena kedua pihak terlibat dalam perlombaan senjata—termasuk nuklir— yang setiap saat bisa menghancurkan dunia.

Uni Soviet runtuh pada 1991 dan Amerika Serikat menjadi kekuatan superpower satu-satunya di dunia. Amerika pun menjadikan PBB sebagai instrumen untuk memaksakan nilai-nilai demokrasi liberal ke seluruh dunia.

Salah satunya ialah konsep mengenai hak asasi manusia (HAM) yang dipaksakan untuk diterima di seluruh dunia. Piagam PBB mengenai bentuk negara-bangsa juga merupakan bentuk dari penyeragaman yang dipaksakan oleh Amerika dan sekutunya ke seluruh dunia.

Penyeragaman itu mendapat tentangan keras dari banyak elemen. Perang Rusia-Ukraina adalah salah satu bukti bahwa penyeragaman demokrasi liberal yang dipaksakan oleh Amerika ditentang oleh Rusia.

Perang Rusia vs Ukraina sudah berlangsung lebih setahun, tetapi belum ada solusi. Amerika dan sekutunya tidak berani terjun langsung ke dalam perang karena takut akan risiko Rusia menggunakan nuklirnya.

Puncak Peringatan Satu Abad NU sukses digelar di Sidoarjo. Presiden Jokowi hadir di tengah-tengah ratusan ribu -bahkan ada yang menyebut jutaan-nahdiyin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News