Satu Lagi Sekolah di Australia Menutup Program Studi Bahasa Indonesia

Satu Lagi Sekolah di Australia Menutup Program Studi Bahasa Indonesia
Satu Lagi Sekolah di Australia Menutup Program Studi Bahasa Indonesia

"Titik puncak studi tentang Indonesia di Australia adalah pada pertengahan tahun 1990-an ketika [mantan Perdana Menteri Paul] Keating menginvestasikan dana yang signifikan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia," tulis Sharyn dan beberapa pakar linguistik dalam artikel The Conversation tahun lalu.

Mereka mengatakan berkat intervensi pemerintahan di era pemerintahan Keating, jumlah pelajar Bahasa Indonesia di Victoria meningkat dua kali lipat dari 493 pada tahun 1995 menjadi 1.044 pada tahun 2001.

Kurangnya guru bahasa Indonesia

Madison Sok, siswi kelas 11 di 'Our Lady of the Sacred Heart College Bentleigh' di Melbourne.

"Kelas Bahasa Indonesia kami cukup erat," kata Madison, saat sedang mengikuti kegiatan karyawisata di Yogyakarta.

"Saya rasa kehidupan sekolah akan lebih suram dan berbeda jika kami tidak belajar Bahasa Indonesia."

Momo Guest, mahasiswa University of Melbourne yang belajar bahasa Indonesia dan Jepang, mengatakan mempelajari bahasa  memberikannya wawasan yang lebih dalam tentang budaya negara tetangga Australia.

"Di kelas, kami belajar komunikasi lintas budaya, tata krama budaya, pemahaman kepentingan agama, dan banyak hal lain yang dapat diterapkan di dunia nyata," ujarnya.

Para ahli mengatakan pemerintah Indonesia perlu mendukung studi Bahasa Indonesia seperti halnya pemerintah dari negara-negara seperti Italia, Korea Selatan, dan Jepang yang berinvestasi untuk mempromosikan studi bahasa mereka.

Saat pemerintah Australia dan Indonesia mengatakan ingin memperkuat hubungan kedua negara, sebuah sekolah elit di Melbourne menutup kelas bahasa Indonesia padahal sudah memilikinya sejak lama

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News