Satu Sekolah Tak Lulus Unas, SMA Abadi di Jakarta Akhirnya Ditutup
Demi Menyambung Hidup, Wakasek pun Jadi Tukang Ojek
Kamis, 26 Mei 2011 – 08:08 WIB
Di dinding ruang guru tidak terpampang foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono layaknya di sekolah-sekolah. Yang ada, hanya foto hitam putih Syamsuddin Syam, pendiri YAPMI sekaligus orang tua Afgani. Dia menuturkan, foto itulah yang selalu membuatnya bersemangat mengajar, meski jumlah siswa terbatas.
Afgani lantas mengajak Jawa Pos mengunjungi kelas-kelas untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Kondisinya sama. Seluruh bangku belajar siswa tidak terawat dan kusam. Sebab, sejak terbit keputusan penutupan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta, tidak ada lagi aktivitas KBM.
Di sekolah itu juga tidak ada perpustakaan dan laboratorium. Afgani yang kebetulan mengajarkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mengalami kesulitan saat harus praktik. Dia mengaku, hampir seluruh pelajaran yang dia sampaikan adalah materi tekstual, tanpa praktik.
Sambil menikmati secangkir kopi susu di ruang guru, Afgani lantas bertutur panjang tentang kondisi sekolahnya. Bapak tiga anak itu menjelaskan, dirinya adalah alumnus SMA Abadi. "Saya lulus 1996. Saat itu satu kelas jumlahnya masih 43 siswa," kenang Afgani.
Kondisi SMA yang memprihatinkan tidak hanya ada di kawasan pelosok atau terpencil. Di Jakarta pun ada. SMA Abadi, misalnya. Selain kondisi sekolah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408