Satu Suara Rp 500 Juta?

Satu Suara Rp 500 Juta?
TUNGGU - Peserta Kongres PSSI saat menunggu kepastian kelanjutan kongres. Foto: Charlie Lopulua/Indopos.
JAKARTA - Awal Mei lalu, pengelola Deltras Vigit Waluyo pernah mengatakan kepada media dirinya mendapat dana 250 juta dari salah satu bakal calon Ketum PSSI periode 2011-2015. Imbal balik dari uang itu, tentu saja agar klubnya memilih bakal calon yang memberi uang. Tapi pernyaaan itu besoknya dibantah oleh salah satu anggota tim sukses bakal calon yang disebutkan Vigit.

Kejadian itu membuktikan jika isu politik uang dalam Kongres PSSI tak terbantahkan. Dari investigasi media ini kepada beberapa pihak terkait dengan kongres, jula beli suara jelas-jelas terjadi. "Saya pernah dititipi uang beberapa kali untuk pemilik suara di Jatim, oleh salah satu calon. Seingat saya, tiga kali saya dititipi. Nilainya lebih dari 100 juta," kata salah satu sumber yang namanya tidak mau dikorankan. "Tujuannya jelas, si penerima harus memberikan suaranya pada kongres nanti," lanjutnya.

Malam menjelang kongres kemarin, media ini pun menemui beberapa calon yang berkompetisi di kongres. Salah seorang pun segera membenarkan jika politik uang mewarnai kongres kemarin. Pria yang sudah lama berkecimpung di dunia sepakbola tanah air itu, bahkan mengaku mendapat informasi dari "orang-orangnya" jika ada salah satu calon yang menghargai satu suara hingga Rp 500 juta. Tapi uang sejumlah itu tidak diberikan seluruhnya dalam satu termin, melainkan bertahap.

"Yang 200 juta sudah diberikan lebih dulu dalam dua sesi. Informasinya, yang 300 juta akan diberikan setelah kongres dan jika calonnya lolos," ungkapnya.

JAKARTA - Awal Mei lalu, pengelola Deltras Vigit Waluyo pernah mengatakan kepada media dirinya mendapat dana 250 juta dari salah satu bakal calon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News