Satukan Barisan demi Menjegal Donald Trump-nya Prancis

Satukan Barisan demi Menjegal Donald Trump-nya Prancis
Kandidat Presiden Prancis Marine Le Pen. Foto: CNN

Isu-isu terorisme menjadi ’’jualan’’ Le Pen untuk mendongkrak dukungan. Termasuk serangan terhadap mobil polisi di Champs Elysees Kamis (20/4) yang merenggut satu nyawa petugas.

Serangan tersebut terjadi tiga hari sebelum pemungutan suara. Le Pen menjadikan serangan itu sebagai contoh bahwa kebijakan yang dikampanyekan soal imigrasi dan Islam benar-benar perlu diterapkan.

Pakar ultranasionalis dari Science Po University Nonna Mayer mengungkapkan bahwa kemenangan Le Pen bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Meski begitu, peluangnya untuk meraup suara lebih besar dibandingkan Macron pada putaran kedua nanti sangat kecil.

’’Jika dia menang, tentu saja itu bakal menjadi kemenangan kelompok yang anti-Eropa, proteksionis, eksklusif, dan itu bakal menimbulkan konsekuensi yang mengganggu hubungan Eropa dan Prancis,’’ tegas Mayer.

Kemenangan Le Pen pada putaran pertama ditanggapi dengan panas oleh Daniel Delomez, wali kota Annezin, commune (setara county) Pas-de-Calais.

Dia menyebut hasil pemungutan suara di Pas-de-Calais adalah bencana. Sebab, Le Pen mendapatkan 38 persen suara. Delomez yang berasal dari partai Socialist mengancam mengundurkan diri.

’’Mungkin saya akan mundur karena saya tidak ingin mengabdikan hidup saya pada seorang bajingan,’’ ucap wali kota yang menjabat sejak 2008 itu saat diwawancarai media lokal L’Avenir de l’Artois.

Prediksi berbagai lembaga survei menjadi kenyataan. Kandidat presiden Prancis Emmanuel Macron dan Marine Le Pen masuk ke putaran kedua.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News