Satwa Asli Mati Akibat Dibangunnya Pagar Pencegah Anjing Liar
Pagar yang dibangun oleh Pemerintah Negara Bagian Queensland untuk mengendalikan anjing liar di Queensland barat telah menyebabkan banyak satwa liar asli dikawasan tersebut ikut terperangkap dan mati.
Pemerintah Negara Bagian Queensland telah menghabiskan lebih dari $ 31 juta atau sekitar Rp329 miliar untuk mendirikan pagar cluster untuk mengendalikan anjing liar di Queensland bagian barat. Namun kekhawatiran muncul dimana pagar tersebut dianggap memfasilitasi kekejaman terhadap hewan dan mengganggu migrasi satwa liar asli.
Seorang penembak kangguru di Kota Cunnamulla, Queensland, Tom King mengatakan pagar itu telah menghalangi kanguru dan emu mengakses makanan dan air.
"Saya melihat banyak anak kangguru berusaha melompati pagar cluster tersebut dan tidak berhasil melewati dan saya juga melihat kanguru yang mati menyedihkan karena mereka yang dahulu biasa pergi ke sumber air, sekarang mereka tidak bisa mengakses sumber air tersebut karena tidak bisa melewati pagar tersebut," katanya. kata.
"Mereka mati kehausan atau mati kelaparan karena beberapa tempat yang mereka datangi tidak ada makanan sehingga Kanguru tidak dapat bermigrasi lebih jauh."
Tom King juga mengatakan beberapa pemilik lahan telah mengundang para penembak olahraga ke lahan properti mereka untuk membunuh kanguru yang terjebak di sepanjang pagar dan ini tidak selalu dilakukan secara manusiawi.
"Saya juga menyaksikan seekor kangguru yang tertembak dengan peluru tembus dari ujung telinganya hingga ke ujung ekornya dan meninggalkan anak kangguru atau joey yang masih hidup didalam kantong induknya yang sudah hancur terburai .
"Anda tidak bisa menerima perlakuan seperti itu- itu sesuatu yang sudah melampaui batas dan saya menyarankan untuk dilakukan tindakan."
Penembak kangguru berbasis di Kota Surat, Geoff Moore mengatakan bahwa pemilik lahan lainnya menggunakan racun untuk membunuh kanguru di dalam pagar cluster.
"Mereka menutup lahan itu bagi ternak mereka dan menaruh urea di tempat minum hewan dan kanguru itu akan mendatangi tempat itu untuk minum karena mereka tidak dapat mengakses sungai dan anak sungai atau sumber mata air dan air bercampur urea itu akan menghancurkan kanguru tersebut," katanya.
Tetua adat marah
Tetua wilayah adat Murrawri, Geraldine Robinson mengatakan bahwa pemilik lahan tradisional di Cunnamulla tidak diberi kesempatan untuk melakukan pembersihan kawasan di area itu sebelum lahan itu dibuka untuk membangun pagar cluster.
"Para tetua adat kita mungkin dikuburkan di sana," katanya.
"Itu membuat Anda mual melihat orang-orang non-pribumi ini bisa lolos dengan mendirikan pagar tanpa berkonsultasi lebih dahulu dengan pemilik lahan tradisional.
"Saya bukan satu-satunyaorang yang keberatan – hampir setengah wilayah dari kota ini adalah kawasan alam liar karena Cunnamulla utamanya adalah kota warga Aborigin.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat