Saudi Kembali Bombardir Yaman, Puluhan Tewas
Di sisi lain, Saudi dan sekutunya berusaha mengukuhkan kekuasaan Presiden Abd. Rabbuh Mansur Hadi sebagai kepala negara Yaman. Sebab, pemimpin 72 tahun yang kini berada di Negeri Petrodolar tersebut merupakan presiden baru Yaman yang kekuasaannya diakui dunia.
Sayangnya, pemberontak Houthi dengan Komite Revolusi-nya menentang keras keputusan tersebut.
Bersamaan dengan aksi militer Saudi dan koalisinya itu, Muhammad Ali Al Houthi, pemimpin tertinggi Houthi, menawarkan suaka kepada ’’musuh’’ Pangeran Muhammad bin Salman.
Musuh yang dimaksud adalah pangeran-pangeran Saudi yang menjadi target razia antikorupsi sang putra mahkota tersebut.
’’Kami siap memberikan suaka kepada seluruh anggota keluarga Al Saud atau siapa pun warga Saudi yang merasa terancam,’’ terang salah seorang perwakilan Komite Revolusi.
Dia lantas menegaskan bahwa Houthi menawarkan perlindungan itu secara tulus, tanpa muatan apa pun. Hal yang sama diungkapkan Abdel Malik Al Houthi, tokoh pemberontak sekaligus sepupu Muhammad Ali Al Houthi.
Menyusul sebelas pangeran, empat menteri, dan beberapa pejabat serta mantan pejabat pemerintahan yang diamankan dalam razia antikorupsi Minggu (5/11), Saudi kembali menangkap sejumlah tokoh lainnya.
’’Beberapa kerabat mendiang Pangeran Sultan bin Abdulaziz juga diamankan,’’ kata sumber Reuters. Mereka yang ditangkap belakangan itu disebut-sebut menyalahgunakan kekuasaan.
Setelah mengisolasi, Saudi lancarkan serangan mematikan ke wilayah Yaman
- Teganya, Militan Yaman Jarah Bantuan untuk Korban Kelaparan
- Abaikan Perundingan Damai, Saudi Terus Bombardir Yaman
- Perundingan Damai Yaman - Houti Digelar di Swedia
- Mengejutkan, Pemberontak Houti Ajak AS dan Saudi Berdamai
- Yaman Rebut Hudaida, Houti Berseru Kemenangan Islam
- Lebaran Sebentar Lagi, Yaman Kembali Dibombardir Saudi