Saya Adalah Patriot Indonesia
jpnn.com - TIDAK banyak yang mengenal kiprah Wolfgang Pikal selama menjadi pemain sepakbola. Pria kelahiran Wina, Austria, 1 November 1967 itu rupanya hanya sempat mencicipi menjadi pemain sepakbola hingga usia 22 tahun.
Harapannya untuk menjadi pemain sepakbola hebat terhadang. Pikal muda mendapat cedera patah engel di usia 22 tahun, yang membuatnya pensiun dini di sepakbola.
Sempat vakum selama 10 tahun di sepakbola, Pikal kembali ke rumput hijau berkat jasa mantan pelatih Perseden Denpasar Dick Buitelaar. Pria yang juga memperistri orang Indonesia dan menjadikan anaknya sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) itu bergerilya menimba ilmu kepelatihan di klub Eropa, seperti Arsenal, Aston Vill,a dan Ajax Amsterdam.
Kini Pikal sudah memiliki puluhan sertifikat kepelatihan, di antaranya lisensi B UEFA, lisensi FA, dan KNVB Belanda. Berkat lisensi itu, Pikal diberi kesempatan menangani tim junior di Akademi Real Madrid Asia di Bali.
Sudah terlanjur cinta dengan Indonesia, Pikal akhirnya memilih Bali sebagai tempat tinggal. Pria ini menjungjung tinggi profesional. Bahkan setelah PSSI mengumumkan dirinya kembali menjadi asisten pelatih timnas, Pikal enggan bicara program timnas senior.
Memang, Pikal baru resmi bekerja pada 7 Januari tahun depan. "Kalau bicara program timnas, nanti awal Januari," ungkapnya.
Nasib mempertemukan Pikal dengan Alfred Riedl, pelatih yang juga berasal dari Austria. Keduanya bahu-membahu mengantarkan Indonesia ke final AFF 2010. Setelah Riedl terdepak, Pikal juga ikut tenggelam, tapi tetap bekerja untuk sepakbola Indonesia.
Kini Riedl kembali melatih timnas senior Indonesia dan Pikal lagi-lagi masuk daftar asisten pelatih bersama Widodo C Putro dan Edi Harto. Seperti apa upaya Pikal memajukan sepakbola Indonesia? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN.com Mahbub Amiruddin dengan Pikal,, Kamis (26/12).