Saya Begitu Senang hingga Berpikir untuk Menangis

Saya Begitu Senang hingga Berpikir untuk Menangis
Orangutan dilepasliarkan. Foto: HERIBERTUS for Jawa Pos Group

Perjalanan kembali terasa lebih ringan. Selain jalurnya menurun, perasaan lega karena Lana sudah kembali ke hutan jadi alasan utama.

Namun ada sedikit kejutan ketika kami sampai di base camp. Hardi Baktiantoro (43), pendiri sekaligus principal COP tiba di base camp dengan plaster di kening dan noda darah di bajunya.

“Tadi terjatuh pas jalan kembali. Inilah suka dukanya. Perjuangannya tidak hanya meneteskan keringat, bahkan sampai darah juga,” canda pria yang akrab disapa Ken Hardi ini.

Lana termasuk dalam jenis pongo pygmaeus morio, satu dari tiga jenis orangutan Kalimantan. Lana diserahkan ke COP oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Wilayah II Kutai Kartanegara.

Proses pelepasan orangutan sendiri terbagi dua jenis, yakni pelepasliaran dan translokasi.

Pelepasliaran dilakukan bagi orangutan yang harus direhabilitasi terlebih dahulu. Proses ini dilakukan untuk mengajarkan orangutan bisa mencari makan, membuat sarang dan kembali liar. Lazimnya dilakukan bagi orangutan yang lama menjadi peliharaan warga atau berada di kebun binatang.

Sementara translokasi dilakukan bagi orangutan yang masih memiliki naluri liar. Mereka tidak perlu melalui proses rehabilitasi karena bisa mencari makan dan membuat sarang sendiri.

Translokasi dilakukan bagi orangutan yang wilayahnya terancam keberadaan manusia, untuk dipindah ke kawasan lain yang jauh lebih aman dari jangkauan manusia dan memiliki ketersediaan makanan.

LANA adalah orangutan jantan berusia kurang lebih lima tahun yang menjalani proses translokasi di Hutan Lindung Sungai Lesan, Kecamatan Kelay. “Saya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News