'Saya Dengar Lagu Indonesia Raya saja Masih Merinding'
Mei Ling lantas teringat satu nama di Belanda, seorang lelaki yang pernah berkenalan dengannya pada 1982, yaitu Effendi Ali yang biasa disapa Ayun. Saat itu Mei Ling pernah berkunjung ke sana bersama rombongan paduan suara yang berbasis di gereja. Sempat terjadi perdebatan saat mengetahui Mei Ling ingin datang bersama tiga anaknya. Namun, setelah dijelaskan, akhirnya Ayun sepakat bahwa empat orang itu harus diterima sebagai satu kesatuan.
"Saya tinggalin semua yang ada di Indonesia, kecuali anak-anak. Ayun akhirnya bilang ke aku, harta kamu itu ya anak-anak kamu," ucap perempuan kelahiran Jakarta, 19 Mei 1961, tersebut.
Setelah itu Ayun penuh semangat memperjuangkan Mei Ling dan ketiga anaknya agar bisa mendapatkan status warga negara Belanda sampai akhirnya berhasil. Seiring dengan berjalannya waktu, benih cinta di antara keduanya mulai tumbuh. Dua sejoli itu akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri pada sekitar 2000. "Begitulah jodoh. Tidak bisa kita tahu sebelumnya," ujar Mei Ling, lantas tersenyum.
Dari situ persoalan justru muncul lagi. Kebersamaan mereka mulai diketahui semua orang. Pandangan negatif di kalangan kerabat Ayun di Belanda pun bermunculan. Terutama yang menyebut Mei Ling mendompleng hidup kepada Ayun agar bisa tetap bertahan dan menghidupi tiga anaknya.
Saat Mei Ling hadir ke Belanda, Ayun memang sudah punya empat restoran hasil kerja kerasnya. Yaitu Grand Cafe Allure, Aneka Rasa, Kartika, dan Restoran Desa. Semuanya berada di Amsterdam. Untuk menepis anggapan miring itu, Mei Ling tidak tinggal diam. Dia turut membantu menggerakkan restoran milik Ayun meski kemudian hamil lagi. Saat kandungan mulai membesar, Mei Ling beristirahat dan lahirlah Emily pada 2004.
Tidak lama kemudian, muncul dua restoran lagi. Kali ini inovasi ke restoran khas Jepang dan keduanya diberi nama Kobe. Ayun memercayakan dua restoran tersebut kepada teman baiknya yang juga asal Indonesia. Tujuannya, dia bisa berkonsentrasi ke restoran khas Indonesia yang sudah ada, yang memang merupakan spesialisasinya.
Tidak disangka, teman baiknya tersebut berkhianat. Melalui proses hukum, dilakukan berbagai cara agar kepemilikan restoran bisa lepas dari tangan Ayun pada 2006. Dan berhasil. Tidak terima, Ayun menggugat ke pengadilan.
Di pengadilan Mei Ling yang mengetahui persis proses pendirian restoran itu dari awal mengaku mengamuk. "Saya kalau sama orang jahat tidak ada takutnya. Saya ngamuk. Saya tunjuk-tunjuk muka itu orang karena semua ucapannya di pengadilan bohong," cerita Mei Ling seolah masih menyimpan kekesalan.
MULYATI Cahyono memulai kehidupan baru di Belanda bersama Effendi Ali pascakerusuhan 1998. Berdua mereka berhasil mengembangkan empat restoran setelah
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408