Saya juga Mau sama Cornelia Agatha, Pas, Duren dan Jamu
"Kehadirannya di kabinet memang diinginkan oleh Presiden Jokowi, karena tanpa adanya Rizal, yang namanya Trisakti, Nawacita, dan revolusi mental hanya jadi slogan kosong," tegas anggota Komisi XI DPR RI ini.
Hendrawan menilai, masuknya Rizal Ramli memang merupakan angin segar dalam kultur kabinet. Tugas Rizal adalah meluruskan yang bengkok-bengkok di kabinet. "Korporatokrasi ini memang sesuatu yang tidak diinginkan oleh Presiden Jokowi karena membuat ekonomi berjalan lamban. Jadi, masuknya Rizal dalam kabinet sangat pas, yaitu untuk memperkuat dukungan buat Jokowi," katanya.
Selain itu, ia menjelaskan, kehadiran Rizal di kabinet, selain untuk mencairkan kebekuan birokrasi juga agar kontestasi gagasan bisa dilakukan secara rileks alias santai. Sebenarnya peran itu sudah dilakukan oleh Kwik Kian Gie saat jadi Menteri PPN/Kepala Bappenas pada era pemerintahan Gus Dur dulu.
"Rizal mengusung informalisasi ala Gus Dur di kabinet. Bedanya, kalau Gus Dur sering nyeletuk ‘gitu saja kok repot’, sedangkan Rizal Ramli bilang, 'gitu saja kok ribet'. Jadi, bedanya 'repot' dengan 'ribet'", jelasnya.
Pernyataan Rizal Ramli terkait masalah Garuda dan proyek listrik 35.000 MW, secara substansi ujar Hendrawan, sudah betul. Sebab di satu sisi, PT Garuda Indonesia rugi karena penerbangan rute internasional, di sisi lain, penerbangan rute dalam negeri mengalami keuntungan.
"Jadi, penerbangan rute dalam negeri mensubsidi penerbangan rute internasional. Makanya, Rizal menyarankan agar Garuda memperkuat penerbangan dalam negeri saja, jangan sok-sok-an main di penerbangan internasional. Makanya, pembelian 30 unit pesawast Airbus A-350 itu kesannya agar dapat fee saja. Itu yang harus dicegah," kata Hendrawan.
Soal proyek listrik 35.000 MW, Ketua Poksi Komisi XI DPR itu mengatakan, dari hasil kajian sejumlah lembaga survei, termasuk Econit, semua mengatakan, proyek itu terlalu ambius. Di zaman SBY dulu, pernah dibangun 10.000 MW, tapi targetnya tidak terpenuhi, makanya, Rizal menyarankan supaya pembangunan proyek listrik 35.000 MW dikaji ulang, sehingga tidak merugikan negara.
"Jadi, otokritik Rizal Ramli itu bagus, makanya sekarang dia diserahi tugas untuk mengurus listrik, biar kerjanya benar dan potensi kerugian bisa dikurangi," ungkap Hendrawan. (fas/jpnn)
JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno menganggap serangan kritik terhadap Menko Kemaritiman, Rizal Ramli sudah terlalu berlebihan.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 6 Penasaran soal Gaji Guru Honorer Naik Rp2 Juta, PNS & PPPK 100% Gapok
- Dukung Deklarasi Bersama Istiqlal, UID Serukan Tri Hita Karana Universal
- 5 Berita Terpopuler: Honorer Sudah dapat Pembekalan Kepegawaian, Jangan Lupa Cetak Kartu Seleksi PPPK
- BLU di Bidang Pendidikan Tingkatkan Daya Saing untuk Masa Depan Berkelanjutan
- Ditjen Bina Keuangan Daerah dan KPK Gelar Rapat Koordinadi untuk Membahas Draf MCP Tahun 2025-2026
- 410 Personel Brimob Terima Satya Lencana Dharma Nugraha, Penghargaan Apakah Itu?