''Saya Lihat Mbah Marijan Pakai Batik''
Kamis, 28 Oktober 2010 – 06:26 WIB
Bahkan, saya sempat dirundung kecemasan luar biasa ketika ada kabar Mbah Marijan tewas. Kabar itu langsung saya konfirmasi kepada Asih, anaknya yang saat itu berada di barak pengungsian. "Mudah-mudahan Allah SWT memberikan keselamatan dan kesehatan kepada bapak (Mbah Marijan, Red)." Kalimat pendek itulah yang diungkapkan Asih kepada saya. Saya hanya mengangguk meski berita itu sangat mengganggu pikiran.
Sekitar pukul 21.00, saya bersama teman-teman memutuskan naik ke Kinahrejo. Ada delapan orang yang berangkat. Tujuannya, mencari warga yang menjadi korban erupsi Merapi, termasuk memastikan kondisi Mbah Marijan.
Kabar yang beredar, di Kinahrejo terdapat empat orang yang berada di masjid saat awan panas memorak-porandakan kampung yang berjarak sekitar 5,5 km dari puncak Merapi itu. Dalam perjalanan, kami harus ekstra hati-hati. Selain jalan dipenuhi abu, sinar lampu hanya mampu menerangi sekitar dua meter.
Tiba di Kinahrejo, suasana gelap. Listrik mati. Bau belerang sangat menyengat hidung. Udara juga terasa panas. Pesawat handphone terkendala karena tidak ada sinyal. Dalam kondisi seperti itu, pencarian korban tetap dilakukan. Tak lama berselang, beberapa relawan menemukan beberapa orang yang menjadi korban awan panas terkapar tak berdaya di jalan.
BEBERAPA menit sebelum tubuh Mbah Marijan dihantam awan panas, wartawan Radar Jogja (Grup JPNN) Azam Sauki Adham mengobrol dengan dia. Berikut penuturannya:
BERITA TERKAIT
- Soal Kenaikan PPN 12 Persen, Wihadi Sebut PDIP Buang Muka
- Cuaca Hari Ini: Hujan Berpotensi Mengguyur Mayoritas Kota Besar di Indonesia
- INSPIRA Sebut Kapolri Sigit Bawa Perubahan di Polri
- 5 Berita Terpopuler: Cermati 11 Ketentuan KepmenPAN-RB 634 soal Honorer TMS & Belum Melamar, Ada Jabatan yang Disorot
- Tim Gabungan Siap Amankan 335 Gereja saat Perayaan Natal di Bali
- Puncak Kenaikan Penumpang di Terminal Amplas Diprediksi Pada 22 Desember 2024