Saya pernah ke Tacloban

Tacloban sendiri adalah tempat yang tenang dan melenakan. Saya tinggal di sebuah hotel yang kecil, sedikit menjorok ke bawah yang dibangun di antara rumah kuno penduduk Visayan. Terdapat perabotan kayu ukir dengan potongan-potongan yang solid, putus-putus di keseluruhan properti. Sedangkan di dinding terpenuhi oleh foto-foto kota di masa kejayaan yang tergambar di lokasi kembalinya MacArthur – tahun pasca-perang ketika Amerika datang menjadi pengunjung biasa.
Di era Marcos, Tacloban diasumsikan menjadi kota yang akan bersinar, karena disinilah kampung halaman First Lady, Imelda Marcos. Bahkan saat Imelda remaja, ia dijuluki “Rose of Tacloban”. Kehadirannya menarik perhatian banyak orang, sehingga tak terelakkan jika kemudian kecantikannya justru membawanya menjauh dari jalanan Tacloban yang sepi.
Keluarga Imelda, Romualdez masih mempertahankan kekuatan politik lokal, dan pemandangan yang menarik adalah istana yang Imelda bangun untuk keluarganya. Dipenuhi dengan ballroom yang luas, tangga rumah yang flamboyan, dan tak terhitung ruang salon dan ruang tunggu di segala penjuru. Rumah ini adalah cara yang aneh bagi siapa saja untuk menikmati waktu di Tacloban.
Saat ini, penampakan istana yang rapi bertolakbelakang dengan hasil interview saya dengan anak dari musuh bebuyutan Marcos, Ninoy Aquino. Ia merepresentasikan ekses terburuk rezim Marcos. Keesokan hari, ketika saya berjumpa dengan kandidat lain yang kutu buku dan suka menonjolkan diri, saya tidak bisa menyangkal bahwa Tacloban, dengan segala koneksi rezim Marcos merupakan tempat yang sempurna untuk pertemuan.
Tiga tahun kemudian memori saya tentang Tacloban kembali menyeruak. Ia memang bukan kota yang terlalu istimewa, namun ia memiliki pesona keintiman yang sangat personal dan keunikan tersendiri, disimpulkan dengan kehadiran museum Santo Niño Shrine.
Namun, saya sekarang di Jakarta dan tidak tahu apa yang terjadi dengan Fatimah dan keluarganya. Barangay adalah daratan rendah dan dekat dengan laut. Bangunan rumah-rumah mereka kuat, namun tidak akan menahan kekuatan benturan Haiyan.
Tetapi mengingat energi bawaan dan kelincahan orang Visayan, saya yakin mereka akan cepat pulih dan segera lepas dari dampak bencana.(***)
PADA 8 November 2013, Topan Haiyan menerjang Filipina Tengah dan menyebabkan kerusakan parah yang tak terduga. Ketika saya melihat liputan di TV,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi