Saya Saksikan Peristiwa Gedoran Depok dari Awal sampai Akhir

Saya Saksikan Peristiwa Gedoran Depok dari Awal sampai Akhir
Jannete Tholense. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

“Ini rumah saya,” jawab kakak yang baru sampai di pekarangan.

Orang itu mengambil minyak yang dibawa kakak saya dan botol-botol minyak itu dipecahkan. Lalu mereka itu masuk, kami sekeluarga lari semua. Pagar rumah kami tingginya dua meter. Semua bisa lompat menyelamatkan diri, sedangkan saya tertinggal sendirian. Melihat saya tertinggal, ayah lompat pagar lagi, mengambil dan melemparkan saya ke balik pagar. 

Lalu kami kabur ke Jalan Bungur. Hari itu semua barang-barang di rumah dirampok habis. Beras segudang habis diambil. Sampai dandang perabotan semua diambil. Yang tidak bisa dibawa, mereka bakar. Beling pecahan kaca ditabur di sepanjang jalanan.

Kita sembunyi sampai sore. Menjelang maghrib ada polisi datang naik sepeda motor sambil teriak-teriak, “Situasi sudah aman. Ayo…pulang ke rumah masing-masing!”

Tante bersama keluarga pulang ke rumah atau tetap bersembunyi?

Kami pulang ke rumah. Rumah tua kami dulu itu di pinggir Jalan Margonda sekarang ini. Kini rumah itu jadi kantor BRI. Di rumah itu yang tinggal Oma dan Opa. Kalau papa dan mama saya rumahnya di sampingnya. 

Sesampai di rumah semua habis. Baju hanya yang menempel di badan. Oma kasih kain buat mama saya yang besok berulang tahun. Beras yang tercecer kami pungut dan terkumpul dua liter. Malam itu mama memasak. Kita rayakan ulang tahunnya.

Tanggal 10 Oktober di hari ulang tahunnya mama tidak terjadi apa-apa. Karena hari itu kita pikir sudah aman, maka kasur dijahit lagi dan dipakaikan alas lagi.

BELUM genap dua bulan umur proklamasi, persisnya 11 Oktober 1945, meletus Peristiwa Gedoran Depok.  Apa yang sebetulnya terjadi saat Peristiwa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News