Saya Siap Jadi Herder Jokowi
Jokowi mau lanjutkan program SBY nggak?
Oh tidak, mengalir. Saya menghadap dan saya yang menghormati etika politik.
Kenapa dukung Jokowi?
Berangkat dari tagline-nya Indonesia Hebat. Artinya hebat Indonesia selama 10 tahun kepemimpinan SBY memimpin Indonesia. Sedangkan yang satu lagi (Prabowo-Hatta, red) Indonesia Bangkit, artinya selama ini Indonesia tidur. Saya lihat visi misinya suka sedih. Bocor Rp 1.000 triliun, Rp 100 triliun masalah kelautan. Jadi sudah berapa ribu?
Di situ saya salut ke Pak Jokowi. Beliau tidak pernah mengatakan itu, tapi visi misinya ingin melanjutkan yang baik dari Pak SBY. Itu fakta.
Melanggar aturan internal Partai Demokrat karena dukung Jokowi?
Oh tidak. Tidak ada yang saya langgar. Karena kalau hanya Ruhut sendiri orang boleh omong begitu. Semua tahu ada Pak Dahlan Iskan, ada Anis Baswedan, ada TB Silalaahi, ada Suaidi Marasabessy. Siapalah saya.
Soal sanksi yang dibilang Nurhayati?
Sudah saya katakan apa hak dia. Saya masih hormati dia. Tapi kalau aku tidak bisa lagi menahan, saya punya emosi. Saya katakan dia (Nurhayati, red) Mak Lampir.
Dapat posisi apa dengan mendukung Jokowi-JK?
Saya tidak pernah incar jabatan. Saya ingin menangkan Pak Jokowi-JK.
Anda pernah mengaku sebagai herder (anjing penjaga) Tjahjo Kumulo di KNPI dan SBY di Demokrat. Artinya nanti mau jadi herdernya Jokowi?
Nggak. Begini, Pak Luhut (Luhut Panjaitan, red) tetap kader Partai Golkar, aku tetap Partai Demokrat. Beda ya beda.
PDIP mau terima Partai Demokrat?
Saya waktu di Komisi III (diusulkan jadi ketua komisi, red) nggak pernah voting. Itu (posisi Ketua Komisi III, red) hak saya. Apakah tidak terenyuh dan hutang budi dengan PDIP. Hanya PDIP dipimpin oleh Trimedya Pandjaitan mendukung, itu hak Partai Demokrat mendukung Ruhut sebagai Ketua Komisi III. Itu fakta karena hubungan saya baik dengan almarhum Bang Taufik Kiemas. Begitu juga kader-kader PDIP lainnya.