SBY 'Berkelahi' dengan Jurus Sendiri
Senin, 17 November 2008 – 12:54 WIB
KALAU harus dibuat daftar orang yang paling disalahkan sebagai penyebab krisis global sekarang ini, semua akan sepakat memasukkan nama ini: Joseph J. Cassano. Dialah yang harus berada di urutan pertama daftar itu. Cassano-lah pencipta apa yang disebut credit default swaps (CDS) –izinkan saya menerjemahkannya dengan ”perlindungan terhadap kredit gagal bayar”, satu istilah yang sebelum terjadi krisis ini masih sangat langka di Indonesia. Bahkan, kalau banyak analis mengatakan Eropa-lah yang akan menjadi korban terparah sebagai dampak krisis ini, kaitannya juga dengan CDS itu. Nama Cassano amat top di Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang New York, tapi berkantor di London, Inggris. Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanya. Bahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group), perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini. Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat berat.
Cassanolah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir sama dengan nilai seluruh APBN kita.
Cerita kehebatan Cassano itu kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.
Cassano mengetahui itu. Di sisi lain Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage). Apalagi, tingkat kesenangan masyarakat Amerika Serikat menabung sangatlah kecil. Orang AS dikenal suka belanja (dan dianggap inilah yang membuat ekonomi AS bergairah) membuat tingkat tabungan masyarakat AS termasuk yang paling rendah di dunia: rata-rata hanya 2 persen dari pendapatan. Terlalu banyak orang yang hidupnya bergantung pada kartu kredit. Artinya, keuangan masyarakat sering defisit per bulan.
Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi, jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat menggiurkan. Di lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macet. Padahal, harga rumah-rumah itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet.
Baca Juga:
Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.