SBY Dituding Ikut Lemahkan KPK
Penolakan Perppu Pimpinan KPK Terus Muncul
Senin, 21 September 2009 – 23:44 WIB

SBY Dituding Ikut Lemahkan KPK
JAKARTA - Rencana Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang (perppu) tentang Pelaksana Tugas (Plt) pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuai protes. Perppu itu mengundang penolakan, terutama dari kalangan civil society yang selama ini konsern pada perjuangan demokrasi dan pemberantasan korupsi.
Salah satu lembaga yang sudah menyatakan pendapatnya dengan tegas terkait penolakan perppu tersebut adalah Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA). Direktur Eksekutif LIMA, Ray Rangkuti kepada JPNN, Senin 21 September menegaskan, rencana tersebut sama sekali tak mendasar. Alasannya, unsur genting dalam penerbitan perppu sama sekali tak dapat dijelaskan. "Amat naif kita sebagai bangsa bila Perppu itu akhirnya dikeluarkan presiden, karena dapat berakibat pada banyak hal," ujarnya.
Baca Juga:
Apa saja yang bisa dirusak? Ray Rangkuti menyebut, yang pertama, rusaknya defenisi hal memaksa dan genting sebagai syarat lahirnya perppu. Kedua, pada akhirnya perppu bisa jadi barang mainan presiden.
"Keluarnya perppu juga makin memperkuat kebenaran asumsi bahwa pelemahan KPK memang disengaja dan didesain," tambah Ray.
JAKARTA - Rencana Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang (perppu) tentang Pelaksana Tugas (Plt) pimpinan Komisi Pemberantasan
BERITA TERKAIT
- BPKH Temui Pengurus PBNU, Minta Dukungan Terkait Revisi UU Pengelolaan Keuangan Haji
- Sambut Ramadan, Ketum Kadin DKI Diana Dewi Ziarah ke Makam Orang Tua
- Sumpah Advokat Razman Arif Dibekukan, Chandra Sampaikan Pendapat Hukum
- Pengumuman Seleksi Administrasi PPPK Tahap 2 Muncul Jabatan Tampungan, BKN Angkat Suara
- Wamentrans Viva Yoga Mengajak Alumni Cipayung Plus Berkolaborasi Membangun Bangsa
- Dana Haji Tumbuh Positif, Pengeloaan BPKH Capai Rp 171 Triliun