SBY-JK Jilid II, Saham Politik yang Ideal
Selasa, 14 April 2009 – 09:39 WIB

Foto: Abror/Rumgapres
Komposisi parlemen saat ini jelas sangat tidak selaras dengan koalisi di pemerintahan yang dipimpin SBY dari parpol medioker. Fakta politik di parlemen itu mengakibatkan SBY tak leluasa bekerja dengan status pemegang hak prerogatif sebagi presiden.
Andai SBY-JK kembali berduet, tentu suasana akan berbeda dengan saat ini. Dalam survei LSI (Lembaga Survei Indonesia), Demokrat diperkirakan akan meraih kursi terbanyak, sekitar 136 hingga 148 kursi di DPR. Sedangkan Golkar meraih sekitar 94?105 kursi. SBY-JK perlu memperluas koalisi lagi dengan partai lain untuk meraih 60 persen dari 560 kursi di parlemen.
Nah, posisi parlemen seperti itu akan peralel dengan eksekutif yang dipegang SBY-JK. Demokrat menjadi leader di eksekutif sekaligus menjadi motor di koalisi parlemen. SBY sebagai presiden akan lebih aman dari tekanan untuk melangkah sebagai pemegang hak prerogatif dalam sistem presidensial. Selain itu, tak akan ada lagi kendala psikologis dan politis bagi SBY dalam mengambil keputusan politik. Sebab, saham politik di parlemen seimbang dengan sharing dividen di eksekutif.
Golkar pun akan berada dalam posisi ideal. Partai Beringin itu akan menjadi gerbong paling besar yang berada tepat di belakang lokomotif. JK sebagai Wapres pun akan mendapat bagian yang proporsional dalam dividen politik.
TULISAN ini bukan kampanye untuk kembali melengketkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan JK (Jusuf Kalla). Juga bukan untuk menyenangkan
BERITA TERKAIT
- PAN Belum Dukung Gibran, Deddy PDIP: Mungkin Mereka Punya Kader Mendampingi Prabowo
- Komisi III Berikan Ruang eks Pemain Sirkus dengan Pengelola Taman Safari Duduk Bersama
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul MPR Ganti Gibran, Deddy PDIP Semringah
- Muncul Usulan Copot Menteri Terafiliasi Jokowi, Legislator PDIP: Berarti Ada Masalah
- Peserta Sespimmen Menghadap ke Jokowi, Pengamat: Berisiko Ganggu Wibawa Prabowo
- Ma'ruf Amin Nilai Isu Matahari Kembar Bukan Ancaman bagi Pemerintahan Prabowo