Seabad Deklarasi Balfour, Awal Semua Penderitaan Palestina
Kejahatan kemanusiaan lainnya yang dilakulan zionis Israel adalah menghujani wilayah Gaza dengan penderitaan yang tiada henti. Selama 12 tahun ini Gaza di blokade dengan dikelilingi tembok berkedalaman 10 meter dan ketinggian 8 meter.
"Listrik dijatah hanya tiga jam tiap hari hingga menghambat aktivitas warga. Belum lagi penyerangan membabi buta yang dilakukan Israel terhadap Gaza di tahun 2008, 2012, dan 2014," beber dia.
Semua kejahatan kemanusiaan yang dilakukan zionis Israel kepada bangsa Palestina adalah ingin menuntaskan perampokan hingga mereka bisa menguasai 100% tanah Palestina.
"Salah satu tujuan mereka merobohkan masjid Al-Aqsa adalah membangun kuil Haikal tempat ritual ibadah mereka," cetus Nurjanah.
Dengan sejarah panjang penderitaan bangsa Palestina, lanjut Nurjanah, sudah semestinya umat Islam sadar dan menjadikan persoalan Palestina sebagai prioritas utama sebelum yang lainnya.
"Di pundak umat Islamlah tersemat amanah untuk mengembalikan tanah Palestina yang dirampok zionis Yahudi ke tangan umat Islam (Palestina). Kompleks masjid Al-Aqsa harus juga kembali ke pangkuan umat Islam (Palestina)," tegasnya.
"Atas dosa besar yang telah dilakukan kepada bangsa Palestina, sudah seharusnya lah hari ini Inggris meminta maaf kepada bangsa Palestina sekaligus mencabut keputusannya yang tertuang di surat perjanjian Balfour 100 tahun yang lalu," tutup Nurjanah. (mam/ce1/JPC)
Perjanjian antara Inggris dengan perwakilan zionis 100 tahun lalu menjadi awal konflik berkepanjangan di tanah Palestina
Redaktur & Reporter : Adil
- Cegah Salah Sasaran, Gerakan Boikot Harus Disertai Legitimasi Syariat yang Kuat
- Seorang Ibu Tolak Belikan Anak Snack Terafiliasi Israel Viral, Dapat Respons Positif
- GP Ansor Kecam Israel Lakukan Genosida di Levant, Desak PBB Bertindak
- Pertemuan Intelektual Indonesia dengan Presiden Israel Dinilai Meninggalkan Kisruh
- YKMI Apresiasi Liga Arab yang Putuskan Boikot Produk Terafiliasi Israel
- Israel Bantai Warga Palestina yang Menunggu Bantuan, Indonesia: Apa Ini Belum Cukup?